Cast:
Park Seung Jun KNK
Jung Hyejin (OC)
Cha Eunwoo ASTRO
Genre: Romance, Teen life
Lenght : General
Saranghae Jung Uisa!
Jung Hyejin POV
Aku terbangun dari tidurku kemudian meraih alarmku yang
berbunyi dengan setengah mengantuk
“Jam berapa sekarang?” gumamku pelan
“Ah, baru jam 6.45” gumamku pelan kemudian aku meletakkan
alarmku ke tempatnya kemudian tidur lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang
mengetuk pintu kamarku tak berhenti
“Ya! Ppali irreona! Kau ingin terlambat masuk sekolah eoh?”
ucap seorang pria yang tak lain adalah kakak sepupuku, Seo Kang Joon Oppa.
Ayahnya adalah kakaknya Ayahku. Jadi sudah selayaknya dia lebih tua dariku
“Sebentar lagi Oppa. Masih jam 6.45 kok” balasku malas
“Jam 6.45 dari mana? Sekarang sudah jam 7.15!” protesnya tak
terima. Aku pun membuka mataku sedikit untuk memastikan kalau aku yang benar,
bukan dia. Namun ternyata alarmku sendiri berpihak kepadanya, bukan kepadaku
pemiliknya. Aku langsung teriak panik
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” teriakku panik
“Ya! Ini bukan saatnya untuk berteriak ria, cepat
bersiap-siaplah! Gara-gara kamu, Oppa juga terlambat untuk kuliah!” protesnya.
Aku pun langsung berhenti berteriak dan segera bersiap-siap berangkat sekolah
dan aku langsung menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sedang menyalakan motornya
“Naiklah” ucap Seo Kang Joon Oppa. Aku langsung naik ke atas
motornya dan ia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi
“Oppa, pelan-pelan dong. Aku kan takut” ucapku kepadanya
karena ia mengendarainya dengan kecepatan tinggi
“Kita tak punya banyak waktu. Makanya berpegangan dong”
balasnya. Aku pun hanya menuruti perkataannya meskipun aku masih merasa takut.
Tak lama kemudian, motornya berhenti tepat di depan gerbang, dan aku segera
turun dari motornya
“Hati-hati di jalan Oppa” ucapku sambil melambaikan tangan
sebentar ke arahnya. Ia hanya membalas dengan acungan jempol
“Sudah masuk sana” ucapnya sebelum ia pergi dari sekolahku.
Aku hanya mengangguk lalu meninggalkannya dan masuk ke sekolah, ia pun segera
mengendarai motornya ke kampus. Aku pun segera berjalan menuju ke kelas, tetapi
di perjalanan Eunwoo dan Seungjun menghampiriku
“Hey, tumben kamu datangnya agak siang?” sapa Eunwoo
“Ne, aku bangun kesiangan tadi” balasku sambil tersenyum
“Makanya kalau tidur jangan malam-malam” ucap Seungjun
bercanda lalu ia menoyor kepalaku pelan. Aku hanya menatap tajam ke arahnya
seolah berkata ‘kau ingin mati?’ dan ia hanya tertawa melihatku. Aku, Eunwoo,
dan Seungjun memang sudah berteman sejak kecil. Mereka terkadang juga suka
modus kepadaku, jadi aku sudah kebal dengan tingkah mereka
“Oh iya, kalian sudah mengerjakan tugas biologi tentang
saraf?” tanya Seungjun
“Tentu saja” balasku dan Eunwoo bersama
“Baguslah kalau begitu” ucap Seungjun
“Kenapa? Kau belum mengerjakan tugasnya?” tanyaku
“Ya! Sesekali aku juga bisa menjadi anak rajin” protesnya.
Aku dan Eunwoo hanya tertawa pelan mendengar ucapannya
“Sudahlah, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi bel masuk
berbunyi” ucap Eunwoo. Aku dan Seungjun hanya menganggukkan kepala lalu kami
jalan bersama menuju ke kelas
****
Bel pulang sekolah berbunyi, baru saja aku mendapat pesan
dari Seo Kang Joon Oppa
From: Seo Kang Joon Oppa
Mianhae hari ini Oppa tak bisa menjemputmu pulang sekolah karena
Oppa ada tugas dari dosen. Kau bisa pulang sendiri hari ini?
Aku membalas pesan darinya
To: Seo Kang Joon Oppa
Gwaenchana, aku bisa pulang sendiri. Mianhae aku sudah
membuat Oppa terlambat kuliah
Tak lama kemudian, Seo Kang Joon Oppa membalas pesanku
From: Seo Kang Joon Oppa
Aku belum terlambat sih sebenarnya. Aku sengaja bilang aku
terlambat supaya kamu cepat bersiap-siap. Kkkkk
What? Tega sekali dia membuatku panik setengah mati. Tak
hanya panik, aku juga merasa bersalah terhadapnya tapi ternyata aku dibohongi.
Lihat saja Seo Kang Joon Uisa! Aku akan membalas perbuatanmu. Well, hari ini
aku pulang sendiri. Eunwoo sedang fokus membuat lagu dan Seungjun sedang
menulis lirik untuk rapp-nya. Aku pun berjalan-jalan keliling sekolah sebelum
aku pulang ke rumah dan merasa bosan di rumah sendirian. Aku berjalan melewati
setiap kelas-kelas yang sudah kosong dan tak ada penghuninya satupun, ketika
aku baru melewati sebuah kelas, seseorang membungkam mulutku dan membawaku
masuk ke dalam kelas
Seungjun POV
Aish! Aku belum menemukan inspirasi untuk rappku. Di depanku
hanya ada secarik kertas yang sudah penuh dengan coretan-coretan penaku yang
berisi lirik rappku. Namun aku melihat seseorang yang tak asing untukku di
balik kaca di pintu kelas
“Bukannya itu Hyejin? Tumben dia belum pulang” gumamku
pelan. Aku berusaha memanggilnya pelan, tapi sepertinya dia tak mendengarnya
“Dasar yeoja congek” gumamku pelan. Lalu sebuah ide muncul
di otakku. Ketika dia melewati kelas, aku keluar secara diam-diam tanpa
sepengetahuannya kemudian aku langsung membungkam mulutnya dan membawanya masuk
ke kelas kemudian aku langsung melepaskan tanganku dari mulutnya. Lalu ia
menatapku dengan tatapan masih shock
“Ya! Kau ingin terlibat kasus ‘Penculikan’?” tanyanya dengan
tatapan tajam. Aku hanya tertawa pelan, kemudian ia memukul lenganku dengan
keras
“Appo!” ucapku kesakitan sambil memegang tanganku yang kena
pukulannya
“Aku ingin memukul kepalamu, tapi sayangnya tinggiku kurang
mendukungku untuk melakukannya” ucapnya
“Kau ingin melakukannya?” tanyanya
“Ne, aku sangat ingin melakukannya” jawabku
“Kalau begitu coba lakukan” ucapnya lalu aku menjitak
kepalanya pelan kemudian berlari menjauhinya
“YA! PARK SEUNG JUN!” Teriaknya kesal lalu ia mengejarku dan
berusaha membalas menjitak. Aku hanya berlari menghindarinya sambil tertawa
penuh kemenangan. Akhirnya ia pun menyerah untuk mengejarku. Ia menekuk kakinya
memeluk kedua kakinya
“Aku benci Park Seungjun” ucapnya pasrah yang membuatku
merasa agak bersalah terhadapnya. Akhirnya aku berjalan ke arahnya dan menekuk
kedua kakiku sama sepertinya
“Silahkan pukul kepalaku. Tapi jangan terlalu keras” ucapku
kepadanya. Ia hanya terdiam lalu tangannya memukul kepalaku pelan
“Sekarang kita sudah impas, oke?” ucapku kepadanya dan ia
membalas dengan anggukan kepalanya. Lalu aku berdiri dan membantunya untuk
berdiri dan membawanya ke bangku sebelahku
“Tumben kamu belum pulang?” tanyaku kepadanya
“Oppaku tak bisa menjemputku” balasnya
“Mau kuantar?” tawarku kepadanya
“Anni gwaenchana. Aku bisa pulang sendiri” balasnya kepadaku
“Aish.. kau memang tak pernah berubah dari dulu” ucapku
kepadanya sambil terkekeh
“Wae? Aku makin cantik?” tanyanya sambil beraegyo
“Aigoo... cantik sih enggak, tapi congek iya” ucapku sambil
mengacak rambutnya
“Ya! Jangan mengacak rambutku!” ucapnya sambil berusaha
membenarkan rambutnya, tetapi aku tak berhenti mengacak rambutnya. Ia pun
mundur untuk menghindariku sampai akhirnya ia hampir terjatuh dari bangkunya.
Kedua tanganku langsung melingkari pinggangnya agar ia tidak terjatuh. Kini jarakku
dengannya tak jauh dan aku bisa menghirup nafasnya yang ia buang, aku menatap
matanya dalam-dalam. Beberapa detik kemudian, aku langsung mengangkat tubuhnya
kembali ke posisi semula
“Go-gomawo” ucapnya gugup. Aku hanya membalas dengan
mengangguk. Kini suasana antara aku dan dia menjadi canggung hanya suara
detakan jam memenuhi ruangan ini. Beberapa saat kemudian
“Oh iya, bagaimana dengan lirik rapp-mu?” tanyanya
“Masih dalam proses” ucapku
“Ah.. coba kamu ngerapp. Aku ingin mendengarkannya” pintanya
“Ya! Kalau aku menyanyi sekarang, pada saat aku tampil tidak
akan menarik lagi” ucapnya
“Aish! Sedikit saja jeball” ucapnya sambil beraegyo
“Sedikit saja? Arraseo. Listen to me” ucapku lalu aku
berdeham untuk bersiap-siap
“Neoreul” ucapku bernyanyi dengan nada ngerapp
“Hanya itu?” tanyanya dengan raut wajah kecewa
“Katamu hanya sedikit” ucapku protes. Benar kan dia bilang
sedikit saja? Berarti satu kata saja tak masalah kan?
“Paling tidak satu kalimat saja. Itu benar-benar sedikit,
bahkan itu sangat sedikit dari ukuran sedikit” balasnya tak terima
“Arraseo aku hanya bercanda” ucapku sambil tertawa pelan. Ia
hanya menatapku datar seolah berkata ‘aku sudah biasa’
“Neoreul dasi jabeuryeo haedo buseojineun” ucapnya sambil
bernyanyi dengan nada ngerapp. Hyejin hanya mendengarkan lalu bertebuk tangan
“Daebak!” ucapnya sambil mengacungkan kedua jempolnya. Aku
hanya menggarukkan kepalaku yang tak gatal
“Ah~ biasa saja” ucapku malu-malu
“Anniya! Benar-benar bagus. Bahkan aku saja tak bisa ngerapp
sepertimu” pujinya yang membuat kedua pipiku merah
“Mau kuajarkan cara ngerapp?” tawarku kepadanya
“Hmmm boleh” ucapnya sambil tersenyum. Aku membalas
senyumannya dengan tersenyum lalu aku mengambil secarik kertas dan menuliskan 2
kalimat lalu kuberikan kertas itu kepadanya
“Ucapkan 2 kalimat ini dengan cepat dan berulang” ucapku
kepadanya. Ia mengambil kertas itu dan membacanya
“Ige mwoya? Aku tak bisa melakukannya dengan cepat apalagi
berulang” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Baiklah 1 kalimat dulu deh tapi berulang” ucapku kepadanya.
Ia hanya menghembuskan nafasnya sambil menatap kertas itu dengan tatapan seolah
‘aku menyesal pilih belajar’
“Jja~ kau ikuti aku saja dulu, bagaimana?” tanyaku
kepadanya. Ia balas dengan mengangguk
“Deoneun meoreojiji ma don’t go away” ucapnya dengan nada
ngerapp
“Ya! Bagaimana aku bisa ngerapp kalau kamu saja ngerapp
terlalu cepat?” protesnya
“Itu masih standart” balasku
“Standart aja segitu, kalau cepat seberapa cepatnya?”
gumamnya pelan
“Cobalah” ucapku kepadanya. Ia tampak diam mematung terus
menatap kertas yang kutulis
“Aku tak bisa.. aku menyerah” ucapnya
“Ya! Kau belum mencobanya” ucap Seungjun tak terima
“Aku malu melakukan ini di depanmu” ucapnya malu-malu
kemudian ia memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. Aku hanya menghela nafas
“Ayolah” ucapku. Kemudian seseorang membuka pintu kelas
tempat aku dan Hyejin berada
“Ternyata kalian disini” ucap seseorang yang tak asing
bagiku, lalu aku dan Hyejin menatap ke arah sumber suara yang tak lain adalah
Eunwoo
Jung Hyejin POV
Aku dan Seungjun langsung menghentikan aktivitas kita
setelah melihat Eunwoo. Eunwoo pun langsung menghampiri kami
“Tumben kamu belum pulang, Hyejin-ah” ucap Eunwoo kepadaku
“Ah iya. Hari ini Oppaku tak bisa menjemputku, jadi aku
pulang sendiri nanti” jelasku kepadanya
“Mau kuantar pulang?” tanya Eunwoo
“Ya! Jangan kau copy paste kata-kataku kepadanya ya?” ucap Seungjun tak terima. Eunwoo hanya
mengangkat satu alisnya bingung dengan ucapan Seungjun
“Anniya, aku bisa pulang sendiri kok” ucapku kepada Eunwoo
“Ah! Barusan Oppamu telpon aku, dia bingung mencarimu karena
kamu belum pulang” ucap Eunwoo. Aku menatap jam dinding di kelas dan aku
terkejut aku sudah 2 jam masih di sekolah sejak bel pulang sekolah. Aku segera
mengambil tasku lalu berdiri dari bangkuku
“Aku pulang dulu ya?” ucapku kepada Eunwoo dan Seungjun
kemudian aku langsung berlari keluar sekolah. Baru sampai di gerbang sekolah,
hujan mulai turun
“Ah sial! Kenapa harus hujan di saat ga tepat?” gumamku
pelan
“Aku harus cepat sebelum hujan tambah deras” gumamku pelan
kemudian aku berlari. Di tengah perjalanan, hujan pun turun dengan deras
‘Ah sial!’ batinku. Kenapa langit tak berpihak kepadaku hari
ini? Aku juga lupa membawa payungku lagi. Benar-benar hari ini hari sialku. Aku
nekad tetap terus berlari sambil berusaha melindungi kepalaku dengan kedua
telapak tanganku yang sudah basah terkena hujan, bahkan seragamku kini sudah
basah kuyup. Akhirnya aku sampai di rumah dan langsung masuk dan segera menuju
ke kamarku
‘Pasti buku-bukuku basah semua’ batinku. Lalu aku
mengeluarkan isi tasku, dan benar mayoritas bukuku basah semua, namun tatapanku
berhenti pada sebuah kertas yang berisi kalimat yang ditulis Seungjun
“Kenapa justru kertas ini tidak basah?” batinku heran. Aku
merasa menggigil karena hujan tadi, tetapi aku lelah berlari dari sekolah
sampai ke rumah. Akhirnya kuputuskan untuk istirahat sejenak
****
“Hyejin-ah, irreona” ucap seseorang membangunkanku dari
tidurku
“Hm?” jawabku masih mengantuk
“Kenapa kau masih memakai seragammu yang basah? Cepat ganti
baju. Kalau tidak, kau bisa sakit” balas orang itu yang tak lain adalah Seo
Kang Joon Oppa
“Nanti dulu. Aku masih mengantuk uhuk.. uhuk...” balasku
lalu kueratkan selimut yang kupakai, aku merasa kepalaku pusing untuk bangun
dari ranjangku. Seo Kang Joon Oppa langsung memegang dahiku dengan punggung
tangannya
“Kau demam” ucapnya
“Kau ganti baju dulu, setelah itu makan, setelah itu minum
obat dan istirahat” lanjutnya
“Ne” balasku kemudian Seo Kang Joon Oppa meninggalkanku
sendiri di kamar. Aku pun segera bangun dari ranjangku dan berjalan ke arah
lemari pakaianku dengan raut wajah masih mengantuk lalu kuambil salah satu
pakaian dari lemariku dan juga sweater untuk menghangatkan tubuhku. Tak lama
kemudian, Seo Kang Joon masuk ke kamarku dengan membawa nampan yang berisi sup
yang hangat serta obat dan segelas air putih
“Gomawo Oppa” ucapku kepadanya. Oppa hanya membalas dengan
mengangguk lalu meletakkan nampannya di meja sebelah ranjangku
“Biar Oppa yang menyuapimu, Oppa takut bukan kau yang makan
sup ini tapi ranjangmu yang memakannya” ucapnya
“Terserah” balasku singkat lalu Seo Kang Joon Oppa memegang
sup dan meniup sup itu sebelum sup itu masuk ke dalam mulutku
“Mashitta” ucapku kepadanya
“Masakan Oppa memang selalu enak” balas Seo Kang Joon Oppa
dengan bangga
“Aku rasa Oppa lebih cocok jadi chef daripada seorang
dokter” ucapku kepadanya. Ia hanya terkekeh pelan mendengar ucapanku
“Aigoo. Kalau Oppa tak jadi dokter, siapa yang akan
melanjutkan memimpin rumah sakit?” tanyanya
“Aku siap membantu” ucapku
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku sebelum kau memimpin
rumah sakit” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia tertawa kecil
“Eish” ucapku kesal
“Sudah nanti dulu tentang pemilik rumah sakit, sekarang
makan dulu lalu minum obat dan istirahat” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia
kembali menyuapiku sup sampai habis. Setelah itu, aku minum obat yang diberikan
olehnya dan meminum segelas air putih. Kata orang, obat itu pahit, tetapi aku
tak merasakan apa-apa dari obat ini. Terkadang aku juga berpikir obat itu
rasanya pahit itu hanyalah mitos
“Jja, kalau begitu kau istirahat dulu. Besok kau jangan
masuk sekolah dulu” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia membawa nampan beserta
isinya dan keluar dari kamarku, aku hanya berbaring kembali di atas ranjangku
untuk istirahat. Tak lupa aku memeluk boneka Hello Kitty-ku, boneka
kesayanganku dan menutupi tubuhku dengan selimut. Aku merasa mulai mengantuk,
mungkin ini adalah efek dari obatnya
“Jaljjayo” ucapku kepada bonekaku sebelum aku benar-benar
terlelap
****
Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengurusiku hingga
siang hari, karena ia ada latihan praktek di Rumah Sakit. Sebelum Oppa pergi,
ia sempat bilang kepadaku
“Tenang saja, Oppa sudah meminta tolong agar ada yang
merawatmu di rumah. Ingat, jangan lupa makan dan minum obat jangan hanya tidur
saja” ucapnya
“Arraseo” balasku kemudian Oppa meninggalkanku sendiri di
rumah. Aku hanya melanjutkan tidurku lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang
membangunkanku dari tidur
“Hyejin-ah” panggil seseorang
“Hmm?” ucapku masih menutupkan mataku. Kubuka mataku sedikit
untuk melihat siapa yang memanggilku, dan ternyata adalah Eunwoo. Aku juga
melihat Seungjun di belakangnya Eunwoo
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Eunwoo
“Ya begitulah” balasku malas
“Seharusnya kau pulang bersamaku saja” ucap Seungjun. Aku
tak membalasnya
“Kau sudah makan?” tanya Eunwoo
“Belum” balasku singkat
“Kau tunggu disini, aku akan mengambil makananmu” ucap
Eunwoo lalu ia pergi meninggalkanku dengan Seungjun
“Ya! Bagaimana kau bisa belum makan?” protes Seungjun
“Aku sedang tak nafsu makan. Rasanya ingin tidur saja”
balasku
“Aigoo. Kalau kau begitu kapan kau cepat sembuh? Aku janji
kalau kau sudah sembuh, aku akan ngerapp di depanmu” ucap Seungjun kepadaku
“Tapi kalau kau tidak cepat sembuh, kau harus membelikanku
Pokemon. Bagaimana?” lanjutnya
“Aigoo.. aku sedang sakit begini, bagaimana kau malah
mengancamku seperti itu?” protesku tak terima
“Mau tidak?” tanyanya
“Shireo” balasku singkat
“Aish sudahlah yang penting kau harus makan” ucap Seungjun
“Aku belum lapar” balasku kemudian kututupi tubuhku dengan
selimut. Beberapa saat kemudian aku merasa tak hanya aku sendiri di atas tempat
tidurku, kubuka selimutku ddan melihat sampingku. Dan benar, Seungjun tidur di
sebelahku yang membuatku terkejut
“Ya! Kenapa kamu disini?” protesku
“Wah, ternyata kau suka Hello Kitty” balasnya santai
“Turunlah dari tempat tidurku” balasku sambil berusaha
mendorongnya keluar dari kasurku
“Shireo sampai kau mau makan atau.....” balasnya dengan nada
ancaman
“Atau apa?” tanyaku kepadanya. Kemudian ia mengambil ponsel
dan menelpon seseorang. Mungkinkah dia akan menelpon Seo Kang Joon Oppa?
“Yeobosseyo, Kang Joon Hyung” ucap Seungjun di telpon. Wah
jangan-jangan dia akan mengadukanku kepadanya. Awas saja
“Arraseo.. aku akan makan” ucapku pasrah. Ia tersenyum
dengan penuh kemenangan lalu menutup ponselnya. Tunggu! Apa dia hanya
berpura-pura telpon saja? Jangan-jangan aku ditipu lagi olehnya? Awas saja
kalau dia menipuku
“Good girl” ucapnya lalu mengelus rambutku kemudian ia
keluar dari ranjangku. Tak lama kemudian, Eunwoo datang membawa nampan yang
berisi sama seperti yang dibawa Seo Kang Joon Oppa kepadaku
“Biar aku makan sendiri, btw gomawo Eunwoo-ya” ucapku
kepadanya
“Cheonma” ucap Eunwoo lalu ia meletakkan nampan di meja
sebelah tempat tidurku. Lalu kuambil sup yang hangat kemudian aku memakannya
“Mianhae aku sudah merepotkan kalian berdua” ucapku di sela
sedang makan
“Annio, kamu sama sekali tidak merepotkan” ucap Eunwoo dan
dibalas anggukan kepala Seungjun
“Sepertinya sakitmu ini membuatmu berpikir ngaco deh” ucap
Seungjun. Aku hanya tertawa pelan mendengar ucapan Seungjun
“Wae? Ada yang lucu?” tanya Seungjun. Aku menggeleng
kepalaku pelan
“Ngomong-ngomong kau terlalu maniak dengan Hello Kitty ya?”
tanya Seungjun sambil melihat sekeliling ruang kamarku yang penuh dekorasi
Hello Kitty. Memangnya aku tak boleh suka Hello Kitty? Hello Kitty kan lucu
“Banyak sekali barang-barangmu serba Hello Kitty” ucap
Eunwoo
“Itu sebenarnya barang-barang sudah lama sih, tapi sayang
kalau dibuang” balasku. Kemudian Seungjun berjalan ke arah lemari kacaku yang
berisi deretan boneka Hello Kitty kemudian ia membuka pintu lemari tersebut
“Ya! Kau mau apakan bonekaku?” tanyaku dengan tatapan
curiga. Ia hanya diam saja dan mengeluarkan beberapa boneka Hello Kittyku yang
membuatku semakin penasaran lalu ia membawanya dan memberikan kepada Eunwoo
“Eunwoo-ya, ayo kita main rumah-rumahan” ucap Seungjun
kepada Eunwoo
“Itu permainan anak kecil, perempuan lagi” ucapku kepada
Seungjun
“Memangnya ada aturan permainan itu hanya berlaku untuk anak
kecil saja khususnya perempuan?” tanya Seungjun kepadaku. Memang tak ada aturan
seperti itu sih, hanya saja... Ah sudahlah, dia memang tiang listrik aneh
“Seungjun-ah” panggil Eunwoo
“Hmm?” balas Seungjun
“Kita perlu bicara sebentar” ucap Eunwoo lalu pergi keluar
dari kamarku disusul Seungjun juga keluar dari kamarku
“Mereka mau ngomong apa ya? Tumben aku ga diajak juga?”
gumamku pelan
Eunwoo POV
Aku keluar dari kamar Hyejin mengajak Seungjun keluar agak
jauh dari kamarnya supaya tidak terdengar oleh Hyejin
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku
berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku
kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak
diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku
kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
#Flasback 10 years ago
Saat itu, aku dan Seungjun menatap sebuah panggung yang
bertulis “LOMBA MENYANYI”
“Mari kita dengarkan suara emas dari Jung Hyejin!” Sambut MC
dan dibalas dengan tepuk tangan dari penonton, termasuk Eunwoo dan Seungjun.
Ini saat yang mereka nantikan. Kemudian Hyejin naik ke atas panggung dengan
gaun putih yang membuatnya terlihat seperti bidadari. Ia pun mulai bernyanyi. Aku
dan Seungjun menatapnya dengan kagum
“Kurasa suatu hari aku akan menikah dengannya” ucapku
tiba-tiba. Kata-kata itu langsung keluar dari mulutku begitu saja
“Annio. Suatu hari nanti aku yang akan menikahinya” balas
Seungjun
“Anniya. Akulah orangnya” balasku tak terima
“Anni. Akulah yang pantas untuknya” balas Seungjun tak kalah
dariku
“Oke. Kita tak harus memutuskan persahabatan kita hanya
karena cinta bukan? Kalau begitu mari kita bersumpah kalau kita tak akan
merebut Hyejin, bagaimana?” tanyaku kepada
“Aku setuju” balas Seungjun lalu kita saling berjabat tangan
sebagai tanda kita sepakat
#Flashback End
“Aku ingat janji itu” ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu
lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar
perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan
nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap
Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan
Author POV
Keesokan harinya, Hyejin kembali masuk sekolah karena
demamnya sudah turun dan menjalankan harinya seperti biasa. Tetapi ia merasa
ada sesuatu yang aneh. Kemudian ia melirik ke arah Seungjun yang sedang
memainkan ponselnya, ia memutuskan untuk menghampirinya
“Seungjun-ah” panggil Hyejin dengan ceria. Seungjun
mendongakkan kepalanya dan menatap Hyejin sebentar kemudian kembali menatap
ponselnya
“Wae?” tanya Seungjun dingin tanpa menatap Hyejin. Raut
wajah Hyejin berubah
“Kau marah kepadaku?” tanya Hyejin
“Anni” balas Seungjun singkat tanpa menatap Hyejin
“Lalu kenapa kau berubah tak seperti biasanya?” tanya Hyejin
“Berubah bagaimana? Aku semakin tampan? Arra” balas Seungjun
masih menatap layar ponselnya
“Ya! Kau tahu bukan itu maksudku. Oke apapun kesalahanku
padamu, aku minta maaf. Tapi jangan seperti ini” ucap Hyejin mulai kesal
“Aku mau keluar” ucap
Seungjun kemudian ia berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan keluar
kelas meninggalkan Hyejin. Namun Hyejin tak hanya diam saja, ia mengejar
Seungjun kemudian ia memegang tangannya
“Ya! Seungjun-ah!” panggil Hyejin sambil memegang tangannya
Seungjun, tetapi Seungjun menepis dengan kasar
“Pergilah! Jangan jadi penguntitku!” balas Seungjun dengan
tatapan death glare-nya lalu pergi meninggalkan Hyejin. Hyejin hanya menatap
punggung Seungjun yang berjalan menjauhinya
‘Aku hanya tidak mau jadi pengkhianat’ batin Seungjun
****
Hyejin POV
Seperti biasa Seo Kang Joon Oppa menjemputku lebih awal
karena aku harus packing barang-barangku. Ya, aku akan pindah ke Amerika
bersamanya karena Seo Kang Joon Oppa mendapat beasiswa studi lanjut ke Amerika
“Kau sudah mengurus administrasimu untuk pindah sekolah?”
tanya Seo Kang Joon Oppa
“Sudah” balasku
“Mianhae” ucap Seo Kang Joon Oppa
“Mwo?” balasku bingung. Untuk apa dia minta maaf?
“Oppa tahu kau memiliki banyak kenangan disini, tapi Oppa
yakin kau akan juga merasa nyaman disana” ucapnya
“Gwaenchana Oppa” balasku sambil tersenyum kecil. Tak lama
kemudian, motornya berhenti di depan rumah. Aku segera masuk ke dalam dan
segera menuju ke kamarku. Aku mulai mengeluarkan tas koperku dan memasukkan
baju-bajuku di dalamnya. Tak lupa juga aku membawa boneka-bonekaku yang ada di
lemari. Lalu tatapanku berhenti pada dua buah kotak, aku membuka kedua-duanya
yang salah satu kotaknya berisi boneka minion dan kotak satu lagi berisi boneka
pokemon. Kemudian aku mengirim pesan ke Eunwoo dan Seungjun
To: Eunwoo;Seungjun
Kalian bisa ga ke Cafe XX jam 7 malam nanti? Ini penting
Setelah mengirim pesan ke mereka berdua, aku kembali
membereskan barang-barang yang akan kubawa ke Amerika besok.
****
Aku segera berangkat ke Cafe XX untuk bertemu dengan Eunwoo
dan Seungjun untuk terakhir kali, tak lupa aku membawa kado untuk mereka
berdua. Sesampainya disana, aku melihat Eunwoo dan Seungjun di meja dekat kaca.
Aku segera menghampiri mereka
“Kalian sudah lama menunggu?” tanyaku
“Tidak” jawab mereka bersamaan. Aku pun mengangguk pelan
kemudian duduk di seberang mereka
“Ada apa kau mengundang kita kesini?” tanya Eunwoo
“Ah ini” balasku kemudian aku memberikan dua buah kotak dan
kuletakkan di depan mereka
“Itu untuk kalian” ucapku setelah meletakkan kedua kotak itu
di depan mereka masing-masing
“Tumben kamu membeli hadiah untuk kita? Perasaan kita ga
berulang tahun hari ini” ucap Seungjun heran
“Anggap saja itu hadiah dariku karena besok aku pindah ke
Amerika” ucapnya. Mereka tampak terkejut mendengarkan ucapanku barusan
“A-Amerika?” ucap Seungjun. Aku hanya membalas dengan
anggukan pelan
“Aku juga minta maaf sama kalian kalau aku pernah berbuat
salah dengan kalian” jawab Eunwoo
“Ah.. kau tak pernah berbuat salah. Kapan kau akan kembali?”
tanya Eunwoo
“Molla” balasku singkat
“Ada yang ingin kalian ucapkan untukku sebelum aku pindah?”
tanyaku kepada mereka sebelum aku pergi meninggalkan mereka
“Berhati-hatilah disana. Semoga kita bisa bertemu lagi, dan
Jaga kesehatanmu juga” ucap Eunwoo
“Gomawo Eunwoo” ucapku kepadanya lalu aku melirik ke arah
Seungjun yang masih terdiam
“Annyeong” ucap Seungjun singkat
“Hanya itu saja?” tanyaku kepadanya
“Ne” ucap Seungjun tanpa menatapku
“Baiklah. Kalau begitu, aku pergi” ucapku kemudian pergi
meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke arah rumah. Untung jarak dari
rumahku ke cafe tidaklah jauh. Entah kenapa aku merasa sedih karena mengingat
ucapan terakhir Seungjun. Sesampainya aku di rumah, aku segera menuju ke kamarku,
tetapi Seo Kang Joon Oppa menungguku di ruang tamu yang membuatku nyaris
terkejut
“Dari mana kamu?” tanyanya
“Aku mencari udara segar di sini untuk terakhir kali”
balasku berbohong
“Arraseo. Kau sudah siap berangkat besok?” tanyanya. Aku
hanya membalas dengan anggukan pelan
“Istirahatlah. Besok kau harus bangun pagi” ucapnya kemudian
ia tersenyum kepadaku
“Ne. Aku istirahat dulu Oppa” ucapku kepadanya kemudian aku
segera menuju ke kamar untuk istirahat
****
Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengetuk pintu kamarku
“Kau sudah siap?” tanyanya di balik pintu kamarku
“Ne sebentar lagi, Oppa” balasku
“Arraseo, Oppa tunggu di depan” ucapnya kemudian
meninggalkanku di kamarku. Aku masih menatap bayanganku di cermin. Entah apa
aku harus merasa senang atau sedih karena harus meninggalkan negara tempat aku
dibesarkan. Aku hanya menghela nafasku
pelan
‘Sudah saatnya. Annyeong Korea’ batinku lalu keluar dari
kamarku menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sudah menungguku lalu kita
berangkat menuju Bandara
13 tahun kemudian
Aku kembali ke Korea untuk bekerja di Rumah Sakit. Lebih
tepatnya Rumah Sakit itu yang merekutku untuk bekerja disana. Sekarang aku
adalah dokter spesialis bedah saraf
“Sudah 13 tahun lamanya aku tak menghirup udara ini” gumamku
pelan
“Kau memang masih suka bergumam sendiri” ucap seseorang di
belakangku. Aku menengok ke arah sumber suara itu, ternyata adalah Eunwoo
“Eunwoo-ya?” tanyaku kepadanya. Well, aku hanya ingin
memastikan saja. Siapa tahu aku salah orang
“Ne. Kau ternyata masih mengingatku” ucapnya sambil
tersenyum lalu ia berjalan menghampiriku. Aku hanya tersenyum pelan
“Kapan kau kembali?” tanyanya
“Baru kemarin” balasku kepadanya
“Kau sekarang bekerja dimana?” tanyanya lagi
“Di Rumah Sakit. Sekarang aku adalah Uisa” balasku kepadanya
sambil tersenyum
“Akhirnya kau sekarang sudah menjadi Uisa seperti Seo Kang
Joon hyung” balasnya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum ke arahnya
“Apa kabarmu?” tanyaku kepadanya
“Ya! 13 tahun kita tak bertemu, dan kau hanya bertanya itu
kepadaku?” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Lalu maumu aku harus bagaimana? Apakah aku harus
memberikanmu boneka minions lagi?” ucapku sambil tertawa pelan
“Ya! Sudah jangan bongkar aibku!” protes Eunwoo
“Arraseo.. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Seungjun?”
tanyaku tiba-tiba. Eunwoo sempat diam sejenak mendengar pertanyaanku
“Dia... masih aneh seperti biasanya” ucapnya
“Hyejin-ah” panggil Eunwoo
“Hm?” balasku kepadanya
“Oke aku bukanlah orang yang romantis seperti di
drama-drama. Jadi kusampaikan langsung to the point saja kalau aku... aku
menyukaimu” ucapnya. Aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Eunwoo
barusan. Aku terkejut mendengarkannya namun lama-kelamaan aku tak merasa apapun
“Eunwoo-ya” ucapku. Eunwoo hanya menatapku menunggu
jawabanku
“Mianhae aku tak bisa menerimamu. Aku tak ingin merusak
persahabatanmu dengan Seungjun” balasku kepadanya
“Maksudmu?” tanya Eunwoo bingung. Kemudian aku menjelaskan
kepadanya
#Flashback
Setelah Eunwoo dan Seungjun keluar dari kamarku, aku
mengikuti mereka kemudian bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka secara
diam-diam
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku
berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku
kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak
diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku
kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
“Aku ingat janji itu”
ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu
lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar
perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan
nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap
Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan
#Flashback End
“Sebenarnya selama ini aku menyembunyikan dari kalian
berdua. Awalnya aku heran dengan perubahan sikap Seungjun, aku sempat curiga
kalau karena itu alasannya. Akhirnya aku segera mencari tahu dan ternyata
memang dugaanku benar” ucapku kepadanya. Ia hanya terdiam, aku tahu dia pasti
kecewa kemudian aku menepuk bahunya pelan, meskipun dia tinggi aku berusaha
sebisa mungkin untuk mencapai bahunya
“Tenang saja. Aku sudah menganggapmu seperti Oppaku sendiri”
ucapku menenangkannya kemudian aku berbisik kepadanya
“Bahkan kau melebihi dari Seo Kang Joon Oppa” bisikku
kepadanya. Ia hanya tersenyum mendengar ucapanku
“Baiklah kalau begitu mulai sekarang kau harus memanggilku
Oppa” ucapnya kepadaku
“Ya! Tapi kita ‘kan tak berpacaran” protesku kepadanya
“Memangnya kata ‘Oppa’ hanya digunakan untuk pacar saja?
Bagaimana dengan Seo Kang Joon hyung?”
tanyanya
‘Iya juga ya? Kenapa aku bego begini sih?’ batinku
“Ah iya.. tapi kita kan teman seangkatan di sekolah kan?
Rasanya aneh memanggilmu dengan sebutan Oppa” protesku kepadanya
“Ya! Kan kamu sendiri yang bilang kalau kau sudah
menganggapku Oppa. Jadi sudah selayaknya kau memanggilku dengan sebutan Oppa”
balasnya tak terima
“Bagaimana kalau aku memanggilmu Ahjussi saja?” tawarku
kepadanya
“Aku belum menjadi ahjussi-ahjussi” balasnya
“Bagaimana kalau Abbeoji saja?” tawarku lagi
“Shireo! Kau boleh memanggilku Oppa atau Chagi” balasnya
kemudian ia tertawa pelan
“Aku memanggilmu dengan sebutan ‘atau’ saja” balasku
kemudian aku tertawa pelan. Tak lama kemudian, ponselku berdering menandakan
pesan masuk. Aku pun segera membuka pesan tersebut
From: Seo Kang Joon Oppa
Neo eoddiya? Kamu tak lupa kan kalau hari ini ada pengarahan
dari Kim Uisa bagi Uisa baru?
Aigoo! Hampir saja aku lupa. Aku pun mulai panik
“Eunwoo-ya, kita berbicara nanti lagi ya? Hari ini aku ada
pengarahan” ucapku kepada Eunwoo
“Dari dulu kau memang tak pernah berubah. Sudah sana” ucap
Eunwoo sambil terkekeh lalu ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku pun
membalas lambaian darinya kemudian pergi meninggalkannya dan berlari menuju
Rumah Sakit
****
Sesampainya aku di Rumah Sakit, aku segera menuju ke Aula
untuk mengikuti pengarahan
“Joeseonghamnida saya terlambat” ucapku kepada Kim Uisa
sambil membungkukkan badanku
“Gwaenchana. Anjayo” ucap Kim Uisa
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa lalu duduk
“Baiklah karena semua sudah berkumpul. Mari kita mulai acara
ini” ucap Kim Uisa kepada dokter-dokter baru lalu ia memulai memberi pengarahan
[Skip Pengarahannya]
“Saya akan membagi kalian menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok
akan dibimbing oleh satu senior kalian” ucap Kim Uisa
“Kelompok 1: In Hee, Hyunwoo, Hyekyung, Jihun, Gong In.
Pembimbing kalian Park Inseong Uisa
Kelompok 2: Hyesun, Taeil, Jaehyun, Sora, Daehyun.
Pembimbing kalian Jung Hyerin Uisa
Kelompok 3: lhoon, Jinhee, Chaerin, Gong Shik, Byung Tae.
Pembimbing kalian Saya
Kelompok 4: I.M, Kevin, Hyunjin, Moonbin, Sua. Pembimbing
kalian Lee Hae In Uisa
Sekian pengarahan dari saya. Sisanya kalian belajar dengan
pembimbing kalian” ucap Kim Uisa
‘Aku tak ada?’ batinku bingung. Lalu aku segera menemui Kim
Uisa
“Kim Uisa, saya belum dapat pembimbing” ucapku kepadanya
“Jinjja? Ah mianhae saya lupa. Ya sudah, kamu ikut saya”
ucap Kim Uisa. Aku mengangguk pelan kemudian mengikuti Kim Uisa dari belakang
menuju ke ruangan dokter. Dari papan dekat pintunya tertulis Park Seungjun
‘Park Seungjun? Namanya terdengar familiar.
Jangan-jangan.....’ batinku mulai was-was. Lalu Kim Uisa membuka pintu ruangan
tersebut
“Seungjun-sshi” sapa Kim Uisa dan benar dugaanku ternyata
Seungjun tiang aneh itu. Seungjun langsung berdiri dari tempat duduknya
“Oh Kim Uisa” Ucap Seungjun lalu ia membungkuk hormat
“Ada apa?” tanya Seungjun
“Begini. Saya ingin kamu membimbing salah satu dokter baru
di Rumah Sakit ini” ucap Kim Uisa kepada Seungjun. Lalu Seungjun menatapku
“Ah.. baiklah” ucap Seungjun. Lalu Kim Uisa menepuk bahu
Seungjun pelan
“Aku mengandalkanmu” ucap Kim Uisa sambil tersenyum.
Seungjun hanya membalas senyuman
“Kalau begitu saya keluar dulu. Silahkan kalian
berbincang-bincang” ucap Kim Uisa lalu berjalan keluar dari ruangan Seungjun
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa sambil membungkuk
hormat ke arah Kim Uisa. lalu Kim Uisa menutup pintu ruangan Seungjun. Sekarang
hanya aku dan Seungjun saja yang berada di dalam ruangan
“Duduklah. Apakah kamu tak capek berdiri terus disitu? Kamu
ingin menjadi dokter atau satpam di ruanganku?” ucap Seungjun kepadaku
“Ah ne” ucapku kemudian duduk di kursi yang sudah tersedia
“Sunbae” panggilku. Mungkin terdengar agak aneh sih, tetapi
dia sekarang seniorku. Jadi sudah selayaknya aku harus menghormatinya
“Ya! Kita ini setara, tak usah memanggilku dengan sebutan
sunbae” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Wae? Sekarang kau kan sudah menjadi seniorku. Jadi sudah
layak dan sepantasnya aku memanggilmu sunbae” protesku kepadanya
“Terserah kau saja” balasnya dingin
“Apa kabar?” tanyaku kepadanya
“Kau bisa lihat sendiri kan aku baik-baik saja” balasnya
datar. Kenapa dia masih bersikap dingin terhadapku
“Kapan kau bisa memulai membimbingku?” tanyaku kepadanya
“Kau sibuk hari ini?” tanyanya. Aku menggeleng pelan
“Anni. Wae?” tanyaku kepadanya
“Ikutlah makan siang denganku” ucapnya kemudian ia berdiri
dari tempat duduknya. Aku pun hanya mengikuti ucapannya dan mengikutinya dari
belakang menuju ke kantin di Rumah Sakit. Aku dan dia duduk berhadapan, tak ada
pembicaraan di antara kita berdua
“Sampai kapan kau akan terus bersikap dingin kepadaku?”
tanyaku kepadanya
“Aku tak bersikap dingin terhadapmu” balasnya sambil makan
“Sebenarnya aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Eunwoo.
Dan aku sudah berbicara dengan Eunwoo” ucapku kepadanya. Ia tampak diam setelah
mendengar ucapanku
“Itu urusanmu dengan Eunwoo. Aku tak akan ikut campur”
balasnya dingin
“Aku tak berpacaran dengannya. Aku hanya menganggap dia
sebagai Oppaku, tak lebih” ucapku tiba-tiba kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tak akan ada gunanya aku berbicara denganmu” ucapku lalu
aku pergi meninggalkannya sendiri
Seungjun POV
Aku menatap punggungnya yang semakin lama menjauhiku
“Mianhae Hyejin-ah..” gumamku pelan yang pasti tak terdengar
olehnya
“Ah! Disini kau rupanya” ucap seseorang sambil
terengah-engah. Aku menatap ke arah sumber suara itu, ternyata Eunwoo. Lalu ia
duduk dan langsung meneguk gelas minumku
“Ya! Kenapa kau menghabiskan minumku?” protesku kepadanya
“Lumayan dapat minum gratis” ucapnya lega
“Heol” aku menghela nafasku kasar kemudian hanya menatap
gelas minumku yang sudah tak ada isinya lagi sedangkan Eunwoo hanya terkekeh
pelan melihat penderitaanku
“Ah, kudengar kau membimbing Hyejin ya?” tanyanya
“Ne” jawabku singkat
“Seungjun-ah” panggilnya, aku hanya menatap ke arahnya
“Jagalah dia” ucapnya kepadaku. Aku hanya mengangkat satu
alisku
“Maksudmu?” tanyaku kepadanya
“Buat dia bahagia. Kau tahu maksudku bukan?” ucapnya
“Ah satu lagi.. kalau kau membuatnya menangis, kau akan
berurusan denganku karena aku ini sekarang Oppa-nya” lanjutnya kemudian ia
menepuk bahuku pelan kemudian ia pergi meninggalkanku
“Mwoya?” gumamku heran
‘Menjaganya? Membahagiakannya? Aku memang menyukainya dari
dulu dan tak pernah akan pernah berubah. Tapi apakah dia juga menyukaiku?‘
batinku lalu aku segera berlari keliling rumah sakit mencari Hyejin tapi dia
tak ada dimanapun. Beberapa saat kemudian, aku menemukan Hyejin di taman
bersama Seo Kangjun hyeong kemudian aku pun menghampiri mereka berdua
“Disini kau rupanya.. Aku mencarimu kemana-mana” ucapku
sambil terengah-engah
“Kau tak memintamu untuk mencariku, sunbae” balasnya dingin.
Aigoo kenapa sekarang dia menjadi dingin
“Seungjun-ah, kudengar kau pembimbingnya ne?” tanya Seo Kangjun
hyeong
“Ne” balasku kepadanya
“Ah kau harus tahu kalau dia ingin sekali kau menjadi
pembimbingnya” ucap Seo Kangjun hyeong
“Ish! Oppa!” desis Hyejin sedangkan Seo Kangjun hyeong dan
aku hanya terkekeh pelan
“Ya sudah kutinggalkan kalian berdua disini” ucap Seo
Kangjun hyeong lalu ia berdiri dan berjalan melewatiku dan membisikkan sesuatu
kepadaku
“Dia menyukaimu, Seungjun-ah” bisik Seo Kangjun hyeong di
telingaku. Aku tak dapat menahan senyumku
“Ya Seo Kangjun! Aku dengar bisikkanmu!” teriak Hyejin kesal
dan malu
“Heol.. Dasar dongsaeng kurang ajar. Oppa hanya membantumu”
ucap Seo Kangjun hyeong sambil terkekeh kemudian ia berjalan menjauhi kita. Ia
hanya menatap sekitarnya tanpa menghiraukanku
“Kau sibuk?” aku pun memulai pembicaraan
“Anni” balasnya singkat
“Good” ucapku lalu aku menarik pergelangan tangannya
“W-wae? Ya! Kau ingin membawaku kemana?” ucapnya sambil
berusaha melepaskan tanganku yang masih memegang tangannya
“Sudah kau ikut saja” balasku tanpa menatapnya
“Andwae! Andwae! Shireo!” teriaknya lalu ia tersungkur di
tanah untuk menghalangiku untuk berjalan. Kemudian aku menggendong tubuhnya
yang berat. Bukan karena dia berat karena berat badannya, hanya saja dia tak
mau diam begitu kugendong
“Ya! Aku ini pembimbingmu, aku akan mengajarimu banyak hal”
protesku kepadanya
“Shireo!” ucapnya sambil memukulku terus-menerus
“Diamlah atau kamu harus mengerapp di jalan” ancamku
kepadanya. Akhirnya ia diam
“Aku belum bisa ngerapp” balasnya. Aku hanya terkekeh pelan
mendengar ucapannya
“Ingin mendengarkan rappku lagi?” tawarku kepadanya
“Kau masih suka ngerapp?” tanyanya
“Masih. Itu sudah menjadi keahlianku” ucapku bangga
“Kapan-kapan saja” balasnya dingin. Tak lama kemudian, kita
sampai di taman hiburan dan aku menurunkan dia
“Ah.. kau berat sekali” ucapku sambil memegang bahuku.
Sebenarnya aku tak merasa pegal sih, hanya untuk mencairkan suasana saja. Ia
hanya melipat kedua tangannya di dada
“Siapa suruh kau menggendongku, Sunbae?” balasnya dingin
“Aigoo.. kau masih saja memanggilku Sunbae” ucapku sambil terkekeh
kemudian aku mengacak rambutnya pelan
“Ya! Kenapa kamu mengajakku kesini? Katamu kau ingin
mengajariku” protesnya
“Kalau kau ingin belajar, sebelumnya kau harus senang dulu
dengan pembimbingmu” ucapku kepadanya. Ia hanya menatapku dengan tatapan bingung
“Ah.. ini memang tak mudah dimengerti oleh anak kecil
sepertimu” lanjutku kemudian aku langsung menarik tangannya mengajak masuk. Ia
hanya diam saja dan masih bingung. Lucu deh wajahnya kemudian aku mengajaknya
menaiki wahana-wahana yang ada, lama-kelamaan ia pun mulai menikmati wahana
yang ada
“Sunbae! Ini sangat menyenangkan!” teriaknya senang
“Ya! Berapa kali aku harus mengomong jangan memanggilku
Sunbae! Tapi syukurlah kalau kamu senang” balasku kemudian tersenyum ke arahnya
“Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?” tanyanya
“Panggil aku Darling atau Honey atau Chagi atau bahkan....
Yeobo” balasku kepadanya
“Shireoyo! Aku panggil ‘Tiang’ saja ya seperti dulu?”
balasnya
“Tiang tampan?” ucapku padanya
“Tiang aneh” balasnya kemudian ia tertawa
“Shireo!” balasku tak terima
“Pilih tiang aneh atau sunbae?” tanyanya kepadaku
“Atau saja deh” balasku pasrah
“Ya! Itu tak termasuk pilihan” balasnya. Aku menjitak
kepalanya pelan
“Ya!” ucapnya kemudian ia memegang kepalanya yang kena
jitakanku. Ia hendak membalas menjitak, tetapi aku lebih dulu menghindarinya.
Ia terus berusaha menjitakku, tetapi nihil. Tangannya tak sampai di kepalaku
“Aish! Menyebalkan” gumamnya kesal. Aku hanya terkekeh pelan
“Mau membalas?” tanyaku
“Mau, tapi kamu lebih tinggi dariku. Aku masih tak sampai
memegang kepalamu” balasnya. Aku pun menekuk kedua lututku memperpendek
tinggiku
“Silahkan Jung Uisa” ucapku kepadanya. Ia sudah mendekatkan
tangannya ke kepalaku, tetapi ia tak kunjung menjitak kepalaku
“Aku tak bisa melakukannya” ucapnya
“Wae? Tenang saja. Ini tak akan membuatmu dipecat dari
pekerjaanmu” balasku
“Anni. Sekarang kau sudah menjadi sunbae-ku, jadi aku merasa
tak enak” balasnya. Aku tertawa kecil kemudian mengacak rambutnya
“Kau memang tak pernah berubah. Jja~ ppaliwa kakiku mulai
pegal berlutut terus. Tenang saja, aku tak akan marah” balasku kepadanya.
Akhirnya ia pun menjitak kepalaku pelan
“Kita sudah impas ya?” tanyaku
kepadanya. Ia mengangguk pelan
“Kau sudah lelah?” tanyanya. Ia
mengangguk pelan
“Kajja, kita pulang” ucapku lalu
aku menarik tangannya. Ia pun hanya menuruti perkataanku. Lalu kami berjalan ke
stasiun bus. Untung penumpang bus tak banyak, jadi masih banyak kursi yang
kosong
“Kita duduk disini saja” ucapku
kepadanya lalu duduk kemudian ia pun duduk di sebelahku. Diam-diam aku
memperhatikannya yang sedang menatap pemandangan melalui kaca jendela, aku
hanya tersenyum melihatnya lalu aku kembali menatap ke depan. Tak lama
kemudian, aku meliriknya lagi dan ia sudah tertidur dengan kepalanya yang
bersandar di kaca jendela. Aku pun memindahkan kepalanya bersandar di bahuku,
merapikan rambutnya agar tak menghalangi wajah cantiknya, mengelus kepalanya
pelan dan tanpa sadar aku pun juga tertidur dengan kepalaku menyandar ke
arahnya. Tak lama kemudian, supir bus mengerem bisnya dan membuatku dan Hyejin
terbangun
“Kita dimana?” tanyanya
“Oh kurasa kita sudah sampai.
Kajja kita turun” ucapku kepadanya. Ia pun mengangguk lalu kami turun dari bus
“Ah bahuku capek sekali” gumamku
pelan
“Ommo! Mianhae aku tak sadar tadi
aku tidur di bahumu. Perasaan tadi aku....” belum selesai ia berbicara, aku
memotongnya
“Gwaenchana. Lagi pula aku yang
menyandarkan kepalamu di bahuku, tadi kamu bersandar di kaca jendela” balasku
sambil tersenyum
“Harusnya kau tak perlu melakukan
itu, bodoh” gumamnya pelan, tetapi aku masih bisa mendengarkannya
“Mwo?” tanyaku pura-pura tak
mendengarkannya. Ia langsung menggelengkan kepalanya
“Annio..” ucapnya
“Ahhhh aku masih mengantuk..”
ucapnya sambil merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim oleh
orang tuanya. Aku pun berjongkok
“Naiklah ke punggungku” ucapku
kepadanya
“Shireo, kau sudah kelelahan”
rengeknya
“Annio.. I am Strong” ucapku penuh percaya diri
“Don’t try lie to me” balasku
kepadanya
“Kau bilang apa?” tanyaku bingung
“Should I tell you?” balasnya
dengan penuh kemenangan. Oke kuakui aku memang tak mengerti Bahasa Inggris
“Heol.. setelah ini aku akan
belajar Bahasa Inggris” ucapku kepadanya
“Really? Are you sure?” ucapnya
kepadaku dengan senyum kemenangan. Oke stop berbicara dengan Bahasa Inggris
“Apa bahasa Inggrisnya ‘Bisakah
kau mengajariku?’” tanyaku kepadanya
“Can you teach me?” ucapnya
kepadaku
“Can you...” ucapku dengan bahasa
Inggris yang gagal. Ia pun tertawa pelan
“Arraseo... I will teach you”
balasnya
“Naiklah ke punggungku” ucapku
kepadanya. Jujur kakiku mulai pegal kelamaan berjongkok
“Gwaenchana aku masih bisa
berjalan sampai di rumah” ucapku kepadanya. Sesekali aku mendengar dia bergumam
‘aku mengantuk’ , ‘aku mengantuk sekali...’ akhirnya aku merentangkan kedua
tanganku di depannya dan mengenai
dahinya
“Ommo!” ucapnya terkejut karena dahinya kena tanganku
“Kau yakin bisa berjalan sampai
di rumah? Buktinya saja kau menabrak tanganku. Untung ini tangan bukan tiang
listrik” ucapku kepadanya dengan penuh kemenangan
“Apa bedanya antara kamu dengan
tiang listrik?” protesnya. Aku terkekeh pelan
“Bedanya tiang listrik hanya
tinggi sedangkan aku tinggi dan tampan” balasku dengan penuh percaya diri. Ia
hanya tertawa mendengar ucapanku. Aku berjongkok di depannya
“Naiklah. Kujamin kau sampai di
rumah dengan selamat” ucapnya kepadaku. Akhirnya ia hanya menuruti perkataanku.
Aigoo Hyejin-ah, kenapa ga dari tadi saja kamu menuruti ucapanku? Aku hanya
terkekeh pelan kemudian berjalan menuju ke rumahnya
“Kau tahu rumahku dimana?” tanyanya
“Arra. Sudahlah kau tidur saja”
balasku kepadanya. Ia tak berkata lagi, kemudian aku melirik ke arahnya
ternyata dia sudah tidur. Aku tersenyum kemudian kembali fokus ke jalan
****
Tak lama kemudian, aku sampai di
rumahnya. Aku pun mengambil kunci rumahnya dari saku celananya dan membukanya.
Kemudian aku membawanya ke kamarnya dan menyelimuti tubuhnya. Aku merapikan
rambutnya kemudian aku mendekatkan diriku ke telinga Hyejin
“Saranghae Hyejin-ah” bisikku di
telinganya
“Nado saranghae, Seungjun-ah” balasnya.
Aku terkejut mendengar ucapannya. Dia belum tidur? Atau dia hanya mengigau
saja?
“Wae? Aku tidak mengigau”
balasnya seolah ia bisa membaca pikiranku. Aku pun tersenyum ke arahnya lalu
mencium pipinya
“Ya! Kenapa kau mencium pipiku?”
protesnya lalu ia menutupi kedua pipinya yang memerah. Meskipun kamarnya gelap,
tetapi wajahnya yang memerah masih kelihatan
“Kau ingin yang disini?” tanyaku
sambil menunjuk bibirnya
“Jangan yang itu dulu. Lagi pula
kau hanya boleh menciumku disini” ucapnya sambil menunjukkan keningnya
“Ya! Kenapa aku hanya boleh disitu?” protesku
tak terima
“Yang di pipi sebenarnya hanya
I.M Oppa yang boleh menciumnya” balasnya sambil tertawa
“I.M nuguya? Kau hanya milikku!”
protesku tak terima
“Kau tak kenal I.M Oppa? Dia juga
bekerja di Rumah Sakit yang sama dengan kita” balasnya
“Beritahu kepadanya kalau hanya
aku saja yang boleh menciummu” ucapku kepadanya
“Arraseo... aku hanya bercanda
kok” ucapnya sambil tertawa. Di saat seperti ini, masih saja dia bisa bercanda
“Memang hanya kamu saja yang bisa
bercanda? Sesekali aku juga bisa. Lagi pula I.M Oppa hanya kuanggap sebagai
Oppaku saja”
“Ya! Kenapa Oppa-mu banyak sekali
eoh?” protesku kepadanya
“Karena aku suka sekali punya
banyak Oppa” jawabnya. Aku tersenyum ke arahnya kemudian memeluknya dan
mengelus rambutnya, ia membalas pelukanku
“Saranghae Park Uisa” bisiknya kepadaku
“Saranghae Jung Uisa” balasku
kepadanya sambil mengeratkan pelukanku
FIN