Senin, 17 Desember 2018

Oppa!


Title: Oppa! 
Cast: Bong Jaehyun of Golden Child 
Genre: Sad, Hurt, Crack
Lenght: Drabble
Rating: General

Aku selalu ingin mendengar suaramu lagi dan lagi, sekalipun hanya satu kata saja

Suasana di taman tidak terlalu ramai hari ini. Beberapa pasangan bercanda tawa ria, atau sekedar mengambil foto ingin mengabadikan momment mereka di tempat ini. Ini membuat seorang pemuda menatap iri terhadap beberapa pasangan tersebut. Hanya sebungkus roti yang setia menemaninya dan menjadi teman bisu bagi Jaehyun hingga sebuah suara menghampiri telinga Jaehyun membuat pemuda itu menoleh ke arah sumber suara tersebut
"Oppa!" suara seorang gadis lalu berlari menghampiri Jaehyun sambil melambaikan tangannya dengan riang. Ah suara ini! Jaehyun sangat menyukainya sebutan untuknya, terlebih orang yang mengucapkan. Ya, gadis tersebut adalah junior Jaehyun sejak SMP dan gadis yang berhasil mengambil hati Jaehyun
"Oppa sedang apa disini?" tanya gadis itu
"Oppa hanya sedang mencari udara segar di taman ini" balas Jaehyun dengan senyum andalannya. Gadis itu hanya membulatkan mulutnya seolah ia mengerti lalu tersenyum membuat wajahnya terlihat lebih menawan daripada roti yang ia pegang saat ini
"Oppa hanya membawa roti saja? Apakah cukup?" tanya gadis itu
"Hm. Aku tak pernah merasa kelaparan berkat roti ini" ucap Jaehyun lalu ia menunjukkan roti favoritnya di depan gadis itu. Kemudian gadis itu memberikan sebuah bungkusan kepada Jaehyun
"Oppa, tubuhmu seperti hanya ada tulang dan kulit saja jika hanya makan roti itu saja. Ini aku berikan beberapa makanan untuk Oppa dan teman-teman Oppa" ucap gadis itu lalu ia memberikan bungkusan itu kepada Jaehyun dan diterima oleh Jaehyun
"Hmm kalau begitu aku pergi dulu ya Oppa? Bomin Oppa sudah menungguku! Annyeong" ucap gadis itu, belum sempat Jaehyun menjawab ucapan gadis itu, gadis itu sudah balik berlari memunggungi Jaehyun. Ada rasa kehilangan bagi Jaehyun yang hanya dapat menatap punggung gadis itu yang berlari menjauhinya. Jaehyun menatap bungkusan yang diberikan gadis itu
"Sadarlah Jaehyun! Dia itu adik sepupumu dan diapun sudah bahagia menjadi milik orang lain" gumam Jaehyun menahan rasa sakit di jantungnya

Fin

Jumat, 14 Desember 2018

I want!



Title: I Want! 
Cast: Bong Jaehyun GNCD
Lenght: Ficlet Fanfiction
PG: General
Genre: Fluff, Crack
Yang aku inginkan hanya kamu saja. Apapun demi kamu, aku rela melakukan apapun meskipun itu berat

Angin pada malam hari ini berhembus kencang menciptakan suasana dingin yang dapat menusuk kulit, termasuk kulit Jaehyun yang awalnya hanya berbalut kaos putih polos dan celana trainee hitamnya kini ia mengenakan jaket berwarna abu-abu kesayangannya. Kalau saja bukan demi roti favoritnya yang dilahap habis oleh Joochan semalam dan juga demi memuaskan perutnya yang terus memberontak untuk diberi asupan makanan, ia tak akan rela keluar dari dormnya malam begini yang membuatnya harus berlawanan dengan hembusan angin yang dingin dan berkontak dengan kulit putihnya. Ia terus merutuki tidak jelas, entah merutuki Joochan sahabatnya yang sudah melahap roti kesayangannya atau merutukinya diri sendiri yang meletakkan roti itu sembarang tempat, atau ia merutuki rotinya itu karena dapat dilihat oleh Joochan hingga pemuda bermarga Bong berhenti di depan sebuah toko kecil dan memandang sebuah toko yang dengan tulisan 'Laissa Bakery' namanya. Seolah toko itu menghipnotis pemuda bermarga Bong untuk mampir ke dalam toko tersebut.

"Mungkin roti disini enak juga" gumamnya pelan sebelum ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam istana roti tersebut. Jaehyun pun menatap sekeliling dengan kagum seolah ia baru pertama kali ini melihat istana roti yang dipenuhi roti-roti kesukaannya dan aroma-aroma roti yang menusuk indra penciumannya membuat Jaehyun ingin memiliki semua roti tersebut. Ingin rasanya ia pindah dari dormnya lalu tinggal di istana roti ini selamanya. Tetapi khayalannya itu menghilang setelah seorang gadis mungkin lebih muda darinya datang menghampiri Jaehyun dengan senyum ramah.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya gadis itu kepada Jaehyun
"Ah.. Anu.. Em... Saya mau beli beberapa roti, tapi em.. Saya bingung memilih roti yang mana" ucap Jaehyun kikuk karena merasa malu dilihat oleh gadis itu. Gadis itu hanya terkekeh pelan mendengar ucapan Jaehyun sebelum ia mengambil beberapa roti lalu diberikan kepada Jaehyun
"Cobalah roti-roti ini. Aku yakin kau pun akan menyukainya" ucap gadis itu kepada Jaehyun
"Kau menyukai roti ini?" tanya JAehyun kepada gadis dengan nametag 'Kim'
"Ya. Ini semua roti favoritku" ucap gadis itu sambil tersenyum. Tak perlu pemuda tersebut berpikir lama, Jaehyun pun akhirnya menyetujui usulan gadis tersebut
"Baiklah kalau begitu.. Berapa harga roti ini semua?" tanya Jaehyun
"Semuanya 20 ribu won" ucap gadis itu masih dengan senyumnya. Kemudian Jaehyun langsung menerogoh sakunya untuk mengambil dompetnya. Ia memang tidak pernah memikirkan tentang uang apalagi kalau sudah menyangkut roti-roti kesayangannya.  Ia rela melakukan apapun demi roti-roti kesayangannya itu. Tetapi raut wajahnya yang awalnya senang kemudian langsung berubah 180° menjadi panik dalam sekejap ketika ia tak menemukan barang yang ia cari di kedua sakunya sedangkan gadis di depannya masih menunggu dengan sabar. Ingin rasanya Jaehyun merutuki dirinya yang bernasib sial hari ini, tetapi melihat ekspresi Jaehyun pun gadis itu berkata seolah dia mengerti keadaan pemuda tersebut dan gadis itu menjadi malaikat penyelamat bagi Jaehyun.

"Bawa saja roti-rotinya. Besok kau bisa kesini lagi untuk membayar roti ini" ucap gadis itu kepada Jaehyun sambil tersenyum. Seolah ada sedikit harapan yang dapat membuat mata Jaehyun kembali berbinar. Tak lupa ia mengucapkan banyak terima kasih kepada gadis penyelamatnya lalu membawa roti-roti itu pergi dan segera kembali ke dormnya
"Sebaiknya aku sembunyikan beberapa dari Joochan sebelum semua rotiku dihabiskan lagi oleh dia" gumam Jaehyun pelan sambil membawa roti-roti tersebut dengan hati riang.

Fin

Regret


Title: Regret
Cast: Jibeom of Golden Child 
Genre: Sad, Hurt
Lenght: Ficlet Fanfiction 
Rating: General

Andaikan waktu dalam terulang kembali, aku tak akan menyesali seperti saat ini

————

Cahaya matahari kini mulai meredup seolah juga ingin pergi dari pemuda ingin melepaskan rasa lelahnya ingin cepat beristirahat dan digantikan dengan cahaya bulan dan taburan bintang yang menghias langit yang kini menemani pemuda Kim di taman. Entah sudah berapa lama pemuda bernama Kim Jibeom berada di taman ini dan kedua manik matanya terus menatap ke depan dengan pandangan kosong berusaha menahan air yang ingin keluar darinya.
Jibeom hanya dapat membuang napasnya dengan kasar berharap udara disini dapat membawa seluruh penyesalan yang hinggap didalam tubuhnya bisa pergi jauh dari dia, tetapi  bukannya rasa penyesalannya berkurang, justru rasa penyesalan itu tetap masih hinggap di dalam dirinya,  malah mungkin bertambah dua kali lipat meskipun angin di taman bertiup cukup kencang membuatnya pemuda Kim ingin mengeratkan jaketnya. Tetapi percuma saja karena rasa dingin udara malam ini tak sebanding dengan rasa dingin dalam hatinya. Tubuhnya membeku dan terus memandang  ke arah seorang gadis yang kini sedang tertawa bahagia dengan pria lain.
Terbesit memori dalam ingatan Jibeom saat melalui hari-harinya bersama gadis tersebut, suka dan duka yang telah mereka lampaui hingga beralih ke ingatan dimana pemuda Kim memutus hubungan dengan gadis tersebut secara sepihak akibat keegoisannya dan berujung ke penyesalan. Ingatan tersebut sungguh ingin Jibeom hilangkan, namun itulah hukuman untuk pemuda Kim atas perbuatannya. Ya anggap saja ini karma untuknya
Bukankah seharusnya pria yang sedang tertawa dengan gadis itu Jibeom? Ia terus membayangkan walaupun sekarang itu hanyalah angan-angannya saja.  Kalaupun saja ini adalah mimpi, Jibeom ingin bangun sekarang juga dan semuanya dapat kembali  lagi seperti sedia kala. Andaikan ia dapat memutar waktu kembali, tentu ia akan memutar waktu kembali dan ia pasti tidak akan dalam keadaan seperti ini. Sekarang sudah terjadi seperti ini, dia bisa apa? Andaikan Jibeom bisa berteriak berharap gadis itu berbalik kepadanya lagi, mungkin ia sudah melakukannya sejak tadi, tetapi mulutnya terasa seperti dikunci oleh seribu gembok dan ia kehilangan seribu kunci untuk membuka gembok tersebut. Jibeom pun hanya dapat tersenyum meskipun hatinya tidak sependapat dengannya kali ini. Ingin rasanya Jibeom mengungkapkan seutas kata 'Maaf'  tetapi entah nyali pemuda itu langsung menciut tak seperti biasanya. Baginya, ia tak pantas mendapatkan kata maaf dari gadis yang sudah ia sakiti hatinya. Bagaimanapun juga penyesalan memang selalu datang belakangan dan Jibeom pun harus bisa menerimanya meskipun rasa penyesalan yang ia tanggung akan selalu mengusik hidupnya.

'Semoga kau dapat menemukan kebahagiaanmu sendiri meskipun kebahagiaanmu bukan aku' batin Jibeom lalu ia pergi meninggalkan taman itu dengan hati tercabik-cabik.

Fin

Jumat, 19 Mei 2017

Fanfiction "Prince of The Mask" [SOON]



Title: Prince of The Mask
Cast:
Kim Myungsoo aka L Infinite
Kim Jiyeon aka Kei Lovelyz
All INFINITE member
All Lovelyz member
Genre: Fantasy, Romance

Sypnosist:

Kei yang merupakan perempuan yang berasal dari masa depan terdampar di sebuah Kerajaan Joseon. Iapun bertemu dengan seorang Pangeran calon raja Joseon (Kim Myungsoo) dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Kim Myungsoo seorang Pangeran dari Kerajaan Joseon yang menutupi wajahnya dengan topeng demi melindungi identitasnya dari Juhoon (Organisasi rahasia yang melakukan monopoli air di wilayah Joseon). Ia harus melawan Juhoon demi rakyatnya yang menderita, banyak rakyat yang meninggal karena Organisasi Juhoon. Mampukah ia melawan Organisasi Juhoon demi rakyatnya? Bagaimana nasib percintaan Kei dengan Myungsoo? Temukan jawabannya di fanfiction ini

Note:
Ini hanya fanfiction saja. Mungkin fanfiction ini aku dapet karena terinspirasi dari drama "Ruler Master of The Mask". Tapi tenang saja, ga bakal aku buat mirip sama dramkor itu. Pastinya aku bikin berbeda dari dramkornya :v Ingat ya, ini murni ideku sendiri ceritanya ntar. Mau tahu ceritanya seperti apa? Sabar yah :v namanya juga "Soon"
Aku mulai update kalo Fanfictionku yang di Wattpad sudah selesai n_n
Yang punya wattpad, mampir yuk ke work aku (uname: acechanjung_) judulnya "Red Rose". Castnya Sujeong Lovelyz. Penasaran sama cerita itu? Makanya mampir dong :v jangan bikin aku cerita disini juga wkwk /g. Aku cerita sedikit saja tentang Red Rose. Jadi intinya Sujeong harus segera menangkap pelaku yang menerornya (Mr. Secret)  dengan kiriman bunga mawar, SMS sebelum pelakunya itu mencelakai peserta drama musikal maupun member Lovelyz lainnya *maaf OOT 😅*
Oh ya, cerita ini aku mau bikin series ya? Kalo dibikin oneshot, ntar kurang greget bacanya 😅

Oke, sekian catatan dariku. Semoga kalian bisa menikmati fanfictionnya

-Acechan-

Kamis, 04 Agustus 2016

Saranghae Jung Uisa

Cast:
Park Seung Jun KNK
Jung Hyejin (OC)
Cha Eunwoo ASTRO

Genre: Romance, Teen life

Lenght : General

Saranghae Jung Uisa!

Jung Hyejin POV
Aku terbangun dari tidurku kemudian meraih alarmku yang berbunyi dengan setengah mengantuk
“Jam berapa sekarang?” gumamku pelan
“Ah, baru jam 6.45” gumamku pelan kemudian aku meletakkan alarmku ke tempatnya kemudian tidur lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarku tak berhenti
“Ya! Ppali irreona! Kau ingin terlambat masuk sekolah eoh?” ucap seorang pria yang tak lain adalah kakak sepupuku, Seo Kang Joon Oppa. Ayahnya adalah kakaknya Ayahku. Jadi sudah selayaknya dia lebih tua dariku
“Sebentar lagi Oppa. Masih jam 6.45 kok” balasku malas
“Jam 6.45 dari mana? Sekarang sudah jam 7.15!” protesnya tak terima. Aku pun membuka mataku sedikit untuk memastikan kalau aku yang benar, bukan dia. Namun ternyata alarmku sendiri berpihak kepadanya, bukan kepadaku pemiliknya. Aku langsung teriak panik
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!” teriakku panik
“Ya! Ini bukan saatnya untuk berteriak ria, cepat bersiap-siaplah! Gara-gara kamu, Oppa juga terlambat untuk kuliah!” protesnya. Aku pun langsung berhenti berteriak dan segera bersiap-siap berangkat sekolah dan aku langsung menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sedang menyalakan motornya
“Naiklah” ucap Seo Kang Joon Oppa. Aku langsung naik ke atas motornya dan ia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi
“Oppa, pelan-pelan dong. Aku kan takut” ucapku kepadanya karena ia mengendarainya dengan kecepatan tinggi
“Kita tak punya banyak waktu. Makanya berpegangan dong” balasnya. Aku pun hanya menuruti perkataannya meskipun aku masih merasa takut. Tak lama kemudian, motornya berhenti tepat di depan gerbang, dan aku segera turun dari motornya
“Hati-hati di jalan Oppa” ucapku sambil melambaikan tangan sebentar ke arahnya. Ia hanya membalas dengan acungan jempol
“Sudah masuk sana” ucapnya sebelum ia pergi dari sekolahku. Aku hanya mengangguk lalu meninggalkannya dan masuk ke sekolah, ia pun segera mengendarai motornya ke kampus. Aku pun segera berjalan menuju ke kelas, tetapi di perjalanan Eunwoo dan Seungjun menghampiriku
“Hey, tumben kamu datangnya agak siang?” sapa Eunwoo
“Ne, aku bangun kesiangan tadi” balasku sambil tersenyum
“Makanya kalau tidur jangan malam-malam” ucap Seungjun bercanda lalu ia menoyor kepalaku pelan. Aku hanya menatap tajam ke arahnya seolah berkata ‘kau ingin mati?’ dan ia hanya tertawa melihatku. Aku, Eunwoo, dan Seungjun memang sudah berteman sejak kecil. Mereka terkadang juga suka modus kepadaku, jadi aku sudah kebal dengan tingkah mereka
“Oh iya, kalian sudah mengerjakan tugas biologi tentang saraf?” tanya Seungjun
“Tentu saja” balasku dan Eunwoo bersama
“Baguslah kalau begitu” ucap Seungjun
“Kenapa? Kau belum mengerjakan tugasnya?” tanyaku
“Ya! Sesekali aku juga bisa menjadi anak rajin” protesnya. Aku dan Eunwoo hanya tertawa pelan mendengar ucapannya
“Sudahlah, ayo kita ke kelas. Sebentar lagi bel masuk berbunyi” ucap Eunwoo. Aku dan Seungjun hanya menganggukkan kepala lalu kami jalan bersama menuju ke kelas

****

Bel pulang sekolah berbunyi, baru saja aku mendapat pesan dari Seo Kang Joon Oppa

From: Seo Kang Joon Oppa
Mianhae hari ini Oppa tak bisa menjemputmu pulang sekolah karena Oppa ada tugas dari dosen. Kau bisa pulang sendiri hari ini?

Aku membalas pesan darinya

To: Seo Kang Joon Oppa
Gwaenchana, aku bisa pulang sendiri. Mianhae aku sudah membuat Oppa terlambat kuliah

Tak lama kemudian, Seo Kang Joon Oppa membalas pesanku

From: Seo Kang Joon Oppa
Aku belum terlambat sih sebenarnya. Aku sengaja bilang aku terlambat supaya kamu cepat bersiap-siap. Kkkkk

What? Tega sekali dia membuatku panik setengah mati. Tak hanya panik, aku juga merasa bersalah terhadapnya tapi ternyata aku dibohongi. Lihat saja Seo Kang Joon Uisa! Aku akan membalas perbuatanmu. Well, hari ini aku pulang sendiri. Eunwoo sedang fokus membuat lagu dan Seungjun sedang menulis lirik untuk rapp-nya. Aku pun berjalan-jalan keliling sekolah sebelum aku pulang ke rumah dan merasa bosan di rumah sendirian. Aku berjalan melewati setiap kelas-kelas yang sudah kosong dan tak ada penghuninya satupun, ketika aku baru melewati sebuah kelas, seseorang membungkam mulutku dan membawaku masuk ke dalam kelas

Seungjun POV
Aish! Aku belum menemukan inspirasi untuk rappku. Di depanku hanya ada secarik kertas yang sudah penuh dengan coretan-coretan penaku yang berisi lirik rappku. Namun aku melihat seseorang yang tak asing untukku di balik kaca di pintu kelas
“Bukannya itu Hyejin? Tumben dia belum pulang” gumamku pelan. Aku berusaha memanggilnya pelan, tapi sepertinya dia tak mendengarnya
“Dasar yeoja congek” gumamku pelan. Lalu sebuah ide muncul di otakku. Ketika dia melewati kelas, aku keluar secara diam-diam tanpa sepengetahuannya kemudian aku langsung membungkam mulutnya dan membawanya masuk ke kelas kemudian aku langsung melepaskan tanganku dari mulutnya. Lalu ia menatapku dengan tatapan masih shock
“Ya! Kau ingin terlibat kasus ‘Penculikan’?” tanyanya dengan tatapan tajam. Aku hanya tertawa pelan, kemudian ia memukul lenganku dengan keras
“Appo!” ucapku kesakitan sambil memegang tanganku yang kena pukulannya
“Aku ingin memukul kepalamu, tapi sayangnya tinggiku kurang mendukungku untuk melakukannya” ucapnya
“Kau ingin melakukannya?” tanyanya
“Ne, aku sangat ingin melakukannya” jawabku
“Kalau begitu coba lakukan” ucapnya lalu aku menjitak kepalanya pelan kemudian berlari menjauhinya
“YA! PARK SEUNG JUN!” Teriaknya kesal lalu ia mengejarku dan berusaha membalas menjitak. Aku hanya berlari menghindarinya sambil tertawa penuh kemenangan. Akhirnya ia pun menyerah untuk mengejarku. Ia menekuk kakinya memeluk kedua kakinya
“Aku benci Park Seungjun” ucapnya pasrah yang membuatku merasa agak bersalah terhadapnya. Akhirnya aku berjalan ke arahnya dan menekuk kedua kakiku sama sepertinya
“Silahkan pukul kepalaku. Tapi jangan terlalu keras” ucapku kepadanya. Ia hanya terdiam lalu tangannya memukul kepalaku pelan
“Sekarang kita sudah impas, oke?” ucapku kepadanya dan ia membalas dengan anggukan kepalanya. Lalu aku berdiri dan membantunya untuk berdiri dan membawanya ke bangku sebelahku
“Tumben kamu belum pulang?” tanyaku kepadanya
“Oppaku tak bisa menjemputku” balasnya
“Mau kuantar?” tawarku kepadanya
“Anni gwaenchana. Aku bisa pulang sendiri” balasnya kepadaku
“Aish.. kau memang tak pernah berubah dari dulu” ucapku kepadanya sambil terkekeh
“Wae? Aku makin cantik?” tanyanya sambil beraegyo
“Aigoo... cantik sih enggak, tapi congek iya” ucapku sambil mengacak rambutnya
“Ya! Jangan mengacak rambutku!” ucapnya sambil berusaha membenarkan rambutnya, tetapi aku tak berhenti mengacak rambutnya. Ia pun mundur untuk menghindariku sampai akhirnya ia hampir terjatuh dari bangkunya. Kedua tanganku langsung melingkari pinggangnya agar ia tidak terjatuh. Kini jarakku dengannya tak jauh dan aku bisa menghirup nafasnya yang ia buang, aku menatap matanya dalam-dalam. Beberapa detik kemudian, aku langsung mengangkat tubuhnya kembali ke posisi semula
“Go-gomawo” ucapnya gugup. Aku hanya membalas dengan mengangguk. Kini suasana antara aku dan dia menjadi canggung hanya suara detakan jam memenuhi ruangan ini. Beberapa saat kemudian
“Oh iya, bagaimana dengan lirik rapp-mu?” tanyanya
“Masih dalam proses” ucapku
“Ah.. coba kamu ngerapp. Aku ingin mendengarkannya” pintanya
“Ya! Kalau aku menyanyi sekarang, pada saat aku tampil tidak akan menarik lagi” ucapnya
“Aish! Sedikit saja jeball” ucapnya sambil beraegyo
“Sedikit saja? Arraseo. Listen to me” ucapku lalu aku berdeham untuk bersiap-siap
“Neoreul” ucapku bernyanyi dengan nada ngerapp
“Hanya itu?” tanyanya dengan raut wajah kecewa
“Katamu hanya sedikit” ucapku protes. Benar kan dia bilang sedikit saja? Berarti satu kata saja tak masalah kan?
“Paling tidak satu kalimat saja. Itu benar-benar sedikit, bahkan itu sangat sedikit dari ukuran sedikit” balasnya tak terima
“Arraseo aku hanya bercanda” ucapku sambil tertawa pelan. Ia hanya menatapku datar seolah berkata ‘aku sudah biasa’
“Neoreul dasi jabeuryeo haedo buseojineun” ucapnya sambil bernyanyi dengan nada ngerapp. Hyejin hanya mendengarkan lalu bertebuk tangan
“Daebak!” ucapnya sambil mengacungkan kedua jempolnya. Aku hanya menggarukkan kepalaku yang tak gatal
“Ah~ biasa saja” ucapku malu-malu
“Anniya! Benar-benar bagus. Bahkan aku saja tak bisa ngerapp sepertimu” pujinya yang membuat kedua pipiku merah
“Mau kuajarkan cara ngerapp?” tawarku kepadanya
“Hmmm boleh” ucapnya sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan tersenyum lalu aku mengambil secarik kertas dan menuliskan 2 kalimat lalu kuberikan kertas itu kepadanya
“Ucapkan 2 kalimat ini dengan cepat dan berulang” ucapku kepadanya. Ia mengambil kertas itu dan membacanya
“Ige mwoya? Aku tak bisa melakukannya dengan cepat apalagi berulang” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Baiklah 1 kalimat dulu deh tapi berulang” ucapku kepadanya. Ia hanya menghembuskan nafasnya sambil menatap kertas itu dengan tatapan seolah ‘aku menyesal pilih belajar’
“Jja~ kau ikuti aku saja dulu, bagaimana?” tanyaku kepadanya. Ia balas dengan mengangguk
“Deoneun meoreojiji ma don’t go away” ucapnya dengan nada ngerapp
“Ya! Bagaimana aku bisa ngerapp kalau kamu saja ngerapp terlalu cepat?” protesnya
“Itu masih standart” balasku
“Standart aja segitu, kalau cepat seberapa cepatnya?” gumamnya pelan
“Cobalah” ucapku kepadanya. Ia tampak diam mematung terus menatap kertas yang kutulis
“Aku tak bisa.. aku menyerah” ucapnya
“Ya! Kau belum mencobanya” ucap Seungjun tak terima
“Aku malu melakukan ini di depanmu” ucapnya malu-malu kemudian ia memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. Aku hanya menghela nafas
“Ayolah” ucapku. Kemudian seseorang membuka pintu kelas tempat aku dan Hyejin berada
“Ternyata kalian disini” ucap seseorang yang tak asing bagiku, lalu aku dan Hyejin menatap ke arah sumber suara yang tak lain adalah Eunwoo

Jung Hyejin POV
Aku dan Seungjun langsung menghentikan aktivitas kita setelah melihat Eunwoo. Eunwoo pun langsung menghampiri kami
“Tumben kamu belum pulang, Hyejin-ah” ucap Eunwoo kepadaku
“Ah iya. Hari ini Oppaku tak bisa menjemputku, jadi aku pulang sendiri nanti” jelasku kepadanya
“Mau kuantar pulang?” tanya Eunwoo
“Ya! Jangan kau copy paste kata-kataku kepadanya ya?”  ucap Seungjun tak terima. Eunwoo hanya mengangkat satu alisnya bingung dengan ucapan Seungjun
“Anniya, aku bisa pulang sendiri kok” ucapku kepada Eunwoo
“Ah! Barusan Oppamu telpon aku, dia bingung mencarimu karena kamu belum pulang” ucap Eunwoo. Aku menatap jam dinding di kelas dan aku terkejut aku sudah 2 jam masih di sekolah sejak bel pulang sekolah. Aku segera mengambil tasku lalu berdiri dari bangkuku
“Aku pulang dulu ya?” ucapku kepada Eunwoo dan Seungjun kemudian aku langsung berlari keluar sekolah. Baru sampai di gerbang sekolah, hujan mulai turun
“Ah sial! Kenapa harus hujan di saat ga tepat?” gumamku pelan
“Aku harus cepat sebelum hujan tambah deras” gumamku pelan kemudian aku berlari. Di tengah perjalanan, hujan pun turun dengan deras
‘Ah sial!’ batinku. Kenapa langit tak berpihak kepadaku hari ini? Aku juga lupa membawa payungku lagi. Benar-benar hari ini hari sialku. Aku nekad tetap terus berlari sambil berusaha melindungi kepalaku dengan kedua telapak tanganku yang sudah basah terkena hujan, bahkan seragamku kini sudah basah kuyup. Akhirnya aku sampai di rumah dan langsung masuk dan segera menuju ke kamarku
‘Pasti buku-bukuku basah semua’ batinku. Lalu aku mengeluarkan isi tasku, dan benar mayoritas bukuku basah semua, namun tatapanku berhenti pada sebuah kertas yang berisi kalimat yang ditulis Seungjun
“Kenapa justru kertas ini tidak basah?” batinku heran. Aku merasa menggigil karena hujan tadi, tetapi aku lelah berlari dari sekolah sampai ke rumah. Akhirnya kuputuskan untuk istirahat sejenak

****

“Hyejin-ah, irreona” ucap seseorang membangunkanku dari tidurku
“Hm?” jawabku masih mengantuk
“Kenapa kau masih memakai seragammu yang basah? Cepat ganti baju. Kalau tidak, kau bisa sakit” balas orang itu yang tak lain adalah Seo Kang Joon Oppa
“Nanti dulu. Aku masih mengantuk uhuk.. uhuk...” balasku lalu kueratkan selimut yang kupakai, aku merasa kepalaku pusing untuk bangun dari ranjangku. Seo Kang Joon Oppa langsung memegang dahiku dengan punggung tangannya
“Kau demam” ucapnya
“Kau ganti baju dulu, setelah itu makan, setelah itu minum obat dan istirahat” lanjutnya
“Ne” balasku kemudian Seo Kang Joon Oppa meninggalkanku sendiri di kamar. Aku pun segera bangun dari ranjangku dan berjalan ke arah lemari pakaianku dengan raut wajah masih mengantuk lalu kuambil salah satu pakaian dari lemariku dan juga sweater untuk menghangatkan tubuhku. Tak lama kemudian, Seo Kang Joon masuk ke kamarku dengan membawa nampan yang berisi sup yang hangat serta obat dan segelas air putih
“Gomawo Oppa” ucapku kepadanya. Oppa hanya membalas dengan mengangguk lalu meletakkan nampannya di meja sebelah ranjangku
“Biar Oppa yang menyuapimu, Oppa takut bukan kau yang makan sup ini tapi ranjangmu yang memakannya” ucapnya
“Terserah” balasku singkat lalu Seo Kang Joon Oppa memegang sup dan meniup sup itu sebelum sup itu masuk ke dalam mulutku
“Mashitta” ucapku kepadanya
“Masakan Oppa memang selalu enak” balas Seo Kang Joon Oppa dengan bangga
“Aku rasa Oppa lebih cocok jadi chef daripada seorang dokter” ucapku kepadanya. Ia hanya terkekeh pelan mendengar ucapanku
“Aigoo. Kalau Oppa tak jadi dokter, siapa yang akan melanjutkan memimpin rumah sakit?” tanyanya
“Aku siap membantu” ucapku
“Kalau begitu langkahi dulu mayatku sebelum kau memimpin rumah sakit” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia tertawa kecil
“Eish” ucapku kesal
“Sudah nanti dulu tentang pemilik rumah sakit, sekarang makan dulu lalu minum obat dan istirahat” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia kembali menyuapiku sup sampai habis. Setelah itu, aku minum obat yang diberikan olehnya dan meminum segelas air putih. Kata orang, obat itu pahit, tetapi aku tak merasakan apa-apa dari obat ini. Terkadang aku juga berpikir obat itu rasanya pahit itu hanyalah mitos
“Jja, kalau begitu kau istirahat dulu. Besok kau jangan masuk sekolah dulu” ucap Seo Kang Joon Oppa lalu ia membawa nampan beserta isinya dan keluar dari kamarku, aku hanya berbaring kembali di atas ranjangku untuk istirahat. Tak lupa aku memeluk boneka Hello Kitty-ku, boneka kesayanganku dan menutupi tubuhku dengan selimut. Aku merasa mulai mengantuk, mungkin ini adalah efek dari obatnya
“Jaljjayo” ucapku kepada bonekaku sebelum aku benar-benar terlelap

****

Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengurusiku hingga siang hari, karena ia ada latihan praktek di Rumah Sakit. Sebelum Oppa pergi, ia sempat bilang kepadaku
“Tenang saja, Oppa sudah meminta tolong agar ada yang merawatmu di rumah. Ingat, jangan lupa makan dan minum obat jangan hanya tidur saja” ucapnya
“Arraseo” balasku kemudian Oppa meninggalkanku sendiri di rumah. Aku hanya melanjutkan tidurku lagi. Beberapa saat kemudian, seseorang membangunkanku dari tidur
“Hyejin-ah” panggil seseorang
“Hmm?” ucapku masih menutupkan mataku. Kubuka mataku sedikit untuk melihat siapa yang memanggilku, dan ternyata adalah Eunwoo. Aku juga melihat Seungjun di belakangnya Eunwoo
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Eunwoo
“Ya begitulah” balasku malas
“Seharusnya kau pulang bersamaku saja” ucap Seungjun. Aku tak membalasnya
“Kau sudah makan?” tanya Eunwoo
“Belum” balasku singkat
“Kau tunggu disini, aku akan mengambil makananmu” ucap Eunwoo lalu ia pergi meninggalkanku dengan Seungjun
“Ya! Bagaimana kau bisa belum makan?” protes Seungjun
“Aku sedang tak nafsu makan. Rasanya ingin tidur saja” balasku
“Aigoo. Kalau kau begitu kapan kau cepat sembuh? Aku janji kalau kau sudah sembuh, aku akan ngerapp di depanmu” ucap Seungjun kepadaku
“Tapi kalau kau tidak cepat sembuh, kau harus membelikanku Pokemon. Bagaimana?” lanjutnya
“Aigoo.. aku sedang sakit begini, bagaimana kau malah mengancamku seperti itu?” protesku tak terima
“Mau tidak?” tanyanya
“Shireo” balasku singkat
“Aish sudahlah yang penting kau harus makan” ucap Seungjun
“Aku belum lapar” balasku kemudian kututupi tubuhku dengan selimut. Beberapa saat kemudian aku merasa tak hanya aku sendiri di atas tempat tidurku, kubuka selimutku ddan melihat sampingku. Dan benar, Seungjun tidur di sebelahku yang membuatku terkejut
“Ya! Kenapa kamu disini?” protesku
“Wah, ternyata kau suka Hello Kitty” balasnya santai
“Turunlah dari tempat tidurku” balasku sambil berusaha mendorongnya keluar dari kasurku
“Shireo sampai kau mau makan atau.....” balasnya dengan nada ancaman
“Atau apa?” tanyaku kepadanya. Kemudian ia mengambil ponsel dan menelpon seseorang. Mungkinkah dia akan menelpon Seo Kang Joon Oppa?
“Yeobosseyo, Kang Joon Hyung” ucap Seungjun di telpon. Wah jangan-jangan dia akan mengadukanku kepadanya. Awas saja
“Arraseo.. aku akan makan” ucapku pasrah. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan lalu menutup ponselnya. Tunggu! Apa dia hanya berpura-pura telpon saja? Jangan-jangan aku ditipu lagi olehnya? Awas saja kalau dia menipuku
“Good girl” ucapnya lalu mengelus rambutku kemudian ia keluar dari ranjangku. Tak lama kemudian, Eunwoo datang membawa nampan yang berisi sama seperti yang dibawa Seo Kang Joon Oppa kepadaku
“Biar aku makan sendiri, btw gomawo Eunwoo-ya” ucapku kepadanya
“Cheonma” ucap Eunwoo lalu ia meletakkan nampan di meja sebelah tempat tidurku. Lalu kuambil sup yang hangat kemudian aku memakannya
“Mianhae aku sudah merepotkan kalian berdua” ucapku di sela sedang makan
“Annio, kamu sama sekali tidak merepotkan” ucap Eunwoo dan dibalas anggukan kepala Seungjun
“Sepertinya sakitmu ini membuatmu berpikir ngaco deh” ucap Seungjun. Aku hanya tertawa pelan mendengar ucapan Seungjun
“Wae? Ada yang lucu?” tanya Seungjun. Aku menggeleng kepalaku pelan
“Ngomong-ngomong kau terlalu maniak dengan Hello Kitty ya?” tanya Seungjun sambil melihat sekeliling ruang kamarku yang penuh dekorasi Hello Kitty. Memangnya aku tak boleh suka Hello Kitty? Hello Kitty kan lucu
“Banyak sekali barang-barangmu serba Hello Kitty” ucap Eunwoo
“Itu sebenarnya barang-barang sudah lama sih, tapi sayang kalau dibuang” balasku. Kemudian Seungjun berjalan ke arah lemari kacaku yang berisi deretan boneka Hello Kitty kemudian ia membuka pintu lemari tersebut
“Ya! Kau mau apakan bonekaku?” tanyaku dengan tatapan curiga. Ia hanya diam saja dan mengeluarkan beberapa boneka Hello Kittyku yang membuatku semakin penasaran lalu ia membawanya dan memberikan kepada Eunwoo
“Eunwoo-ya, ayo kita main rumah-rumahan” ucap Seungjun kepada Eunwoo
“Itu permainan anak kecil, perempuan lagi” ucapku kepada Seungjun
“Memangnya ada aturan permainan itu hanya berlaku untuk anak kecil saja khususnya perempuan?” tanya Seungjun kepadaku. Memang tak ada aturan seperti itu sih, hanya saja... Ah sudahlah, dia memang tiang listrik aneh
“Seungjun-ah” panggil Eunwoo
“Hmm?” balas Seungjun
“Kita perlu bicara sebentar” ucap Eunwoo lalu pergi keluar dari kamarku disusul Seungjun juga keluar dari kamarku
“Mereka mau ngomong apa ya? Tumben aku ga diajak juga?” gumamku pelan
Eunwoo POV
Aku keluar dari kamar Hyejin mengajak Seungjun keluar agak jauh dari kamarnya supaya tidak terdengar oleh Hyejin
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
#Flasback 10 years ago

Saat itu, aku dan Seungjun menatap sebuah panggung yang bertulis “LOMBA MENYANYI”
“Mari kita dengarkan suara emas dari Jung Hyejin!” Sambut MC dan dibalas dengan tepuk tangan dari penonton, termasuk Eunwoo dan Seungjun. Ini saat yang mereka nantikan. Kemudian Hyejin naik ke atas panggung dengan gaun putih yang membuatnya terlihat seperti bidadari. Ia pun mulai bernyanyi. Aku dan Seungjun menatapnya dengan kagum
“Kurasa suatu hari aku akan menikah dengannya” ucapku tiba-tiba. Kata-kata itu langsung keluar dari mulutku begitu saja
“Annio. Suatu hari nanti aku yang akan menikahinya” balas Seungjun
“Anniya. Akulah orangnya” balasku tak terima
“Anni. Akulah yang pantas untuknya” balas Seungjun tak kalah dariku
“Oke. Kita tak harus memutuskan persahabatan kita hanya karena cinta bukan? Kalau begitu mari kita bersumpah kalau kita tak akan merebut Hyejin, bagaimana?” tanyaku kepada
“Aku setuju” balas Seungjun lalu kita saling berjabat tangan sebagai tanda kita sepakat

#Flashback End

“Aku ingat janji itu” ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan

Author POV
Keesokan harinya, Hyejin kembali masuk sekolah karena demamnya sudah turun dan menjalankan harinya seperti biasa. Tetapi ia merasa ada sesuatu yang aneh. Kemudian ia melirik ke arah Seungjun yang sedang memainkan ponselnya, ia memutuskan untuk menghampirinya
“Seungjun-ah” panggil Hyejin dengan ceria. Seungjun mendongakkan kepalanya dan menatap Hyejin sebentar kemudian kembali menatap ponselnya
“Wae?” tanya Seungjun dingin tanpa menatap Hyejin. Raut wajah Hyejin berubah
“Kau marah kepadaku?” tanya Hyejin
“Anni” balas Seungjun singkat tanpa menatap Hyejin
“Lalu kenapa kau berubah tak seperti biasanya?” tanya Hyejin
“Berubah bagaimana? Aku semakin tampan? Arra” balas Seungjun masih menatap layar ponselnya
“Ya! Kau tahu bukan itu maksudku. Oke apapun kesalahanku padamu, aku minta maaf. Tapi jangan seperti ini” ucap Hyejin mulai kesal
“Aku mau keluar”  ucap Seungjun kemudian ia berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan keluar kelas meninggalkan Hyejin. Namun Hyejin tak hanya diam saja, ia mengejar Seungjun kemudian ia memegang tangannya
“Ya! Seungjun-ah!” panggil Hyejin sambil memegang tangannya Seungjun, tetapi Seungjun menepis dengan kasar
“Pergilah! Jangan jadi penguntitku!” balas Seungjun dengan tatapan death glare-nya lalu pergi meninggalkan Hyejin. Hyejin hanya menatap punggung Seungjun yang berjalan menjauhinya
‘Aku hanya tidak mau jadi pengkhianat’ batin Seungjun

****

Hyejin POV

Seperti biasa Seo Kang Joon Oppa menjemputku lebih awal karena aku harus packing barang-barangku. Ya, aku akan pindah ke Amerika bersamanya karena Seo Kang Joon Oppa mendapat beasiswa studi lanjut ke Amerika
“Kau sudah mengurus administrasimu untuk pindah sekolah?” tanya Seo Kang Joon Oppa
“Sudah” balasku
“Mianhae” ucap Seo Kang Joon Oppa
“Mwo?” balasku bingung. Untuk apa dia minta maaf?
“Oppa tahu kau memiliki banyak kenangan disini, tapi Oppa yakin kau akan juga merasa nyaman disana” ucapnya
“Gwaenchana Oppa” balasku sambil tersenyum kecil. Tak lama kemudian, motornya berhenti di depan rumah. Aku segera masuk ke dalam dan segera menuju ke kamarku. Aku mulai mengeluarkan tas koperku dan memasukkan baju-bajuku di dalamnya. Tak lupa juga aku membawa boneka-bonekaku yang ada di lemari. Lalu tatapanku berhenti pada dua buah kotak, aku membuka kedua-duanya yang salah satu kotaknya berisi boneka minion dan kotak satu lagi berisi boneka pokemon. Kemudian aku mengirim pesan ke Eunwoo dan Seungjun

To: Eunwoo;Seungjun
Kalian bisa ga ke Cafe XX jam 7 malam nanti? Ini penting

Setelah mengirim pesan ke mereka berdua, aku kembali membereskan barang-barang yang akan kubawa ke Amerika besok.

****

Aku segera berangkat ke Cafe XX untuk bertemu dengan Eunwoo dan Seungjun untuk terakhir kali, tak lupa aku membawa kado untuk mereka berdua. Sesampainya disana, aku melihat Eunwoo dan Seungjun di meja dekat kaca. Aku segera menghampiri mereka
“Kalian sudah lama menunggu?” tanyaku
“Tidak” jawab mereka bersamaan. Aku pun mengangguk pelan kemudian duduk di seberang mereka
“Ada apa kau mengundang kita kesini?” tanya Eunwoo
“Ah ini” balasku kemudian aku memberikan dua buah kotak dan kuletakkan di depan mereka
“Itu untuk kalian” ucapku setelah meletakkan kedua kotak itu di depan mereka masing-masing
“Tumben kamu membeli hadiah untuk kita? Perasaan kita ga berulang tahun hari ini” ucap Seungjun heran
“Anggap saja itu hadiah dariku karena besok aku pindah ke Amerika” ucapnya. Mereka tampak terkejut mendengarkan ucapanku barusan
“A-Amerika?” ucap Seungjun. Aku hanya membalas dengan anggukan pelan
“Aku juga minta maaf sama kalian kalau aku pernah berbuat salah dengan kalian” jawab Eunwoo
“Ah.. kau tak pernah berbuat salah. Kapan kau akan kembali?” tanya Eunwoo
“Molla” balasku singkat
“Ada yang ingin kalian ucapkan untukku sebelum aku pindah?” tanyaku kepada mereka sebelum aku pergi meninggalkan mereka
“Berhati-hatilah disana. Semoga kita bisa bertemu lagi, dan Jaga kesehatanmu juga” ucap Eunwoo
“Gomawo Eunwoo” ucapku kepadanya lalu aku melirik ke arah Seungjun yang masih terdiam
“Annyeong” ucap Seungjun singkat
“Hanya itu saja?” tanyaku kepadanya
“Ne” ucap Seungjun tanpa menatapku
“Baiklah. Kalau begitu, aku pergi” ucapku kemudian pergi meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke arah rumah. Untung jarak dari rumahku ke cafe tidaklah jauh. Entah kenapa aku merasa sedih karena mengingat ucapan terakhir Seungjun. Sesampainya aku di rumah, aku segera menuju ke kamarku, tetapi Seo Kang Joon Oppa menungguku di ruang tamu yang membuatku nyaris terkejut
“Dari mana kamu?” tanyanya
“Aku mencari udara segar di sini untuk terakhir kali” balasku berbohong
“Arraseo. Kau sudah siap berangkat besok?” tanyanya. Aku hanya membalas dengan anggukan pelan
“Istirahatlah. Besok kau harus bangun pagi” ucapnya kemudian ia tersenyum kepadaku
“Ne. Aku istirahat dulu Oppa” ucapku kepadanya kemudian aku segera menuju ke kamar untuk istirahat

****

Keesokan harinya, Seo Kang Joon Oppa mengetuk pintu kamarku
“Kau sudah siap?” tanyanya di balik pintu kamarku
“Ne sebentar lagi, Oppa” balasku
“Arraseo, Oppa tunggu di depan” ucapnya kemudian meninggalkanku di kamarku. Aku masih menatap bayanganku di cermin. Entah apa aku harus merasa senang atau sedih karena harus meninggalkan negara tempat aku dibesarkan.  Aku hanya menghela nafasku pelan
‘Sudah saatnya. Annyeong Korea’ batinku lalu keluar dari kamarku menghampiri Seo Kang Joon Oppa yang sudah menungguku lalu kita berangkat menuju Bandara

13 tahun kemudian

Aku kembali ke Korea untuk bekerja di Rumah Sakit. Lebih tepatnya Rumah Sakit itu yang merekutku untuk bekerja disana. Sekarang aku adalah dokter spesialis bedah saraf
“Sudah 13 tahun lamanya aku tak menghirup udara ini” gumamku pelan
“Kau memang masih suka bergumam sendiri” ucap seseorang di belakangku. Aku menengok ke arah sumber suara itu, ternyata adalah Eunwoo
“Eunwoo-ya?” tanyaku kepadanya. Well, aku hanya ingin memastikan saja. Siapa tahu aku salah orang
“Ne. Kau ternyata masih mengingatku” ucapnya sambil tersenyum lalu ia berjalan menghampiriku. Aku hanya tersenyum pelan
“Kapan kau kembali?” tanyanya
“Baru kemarin” balasku kepadanya
“Kau sekarang bekerja dimana?” tanyanya lagi
“Di Rumah Sakit. Sekarang aku adalah Uisa” balasku kepadanya sambil tersenyum
“Akhirnya kau sekarang sudah menjadi Uisa seperti Seo Kang Joon hyung” balasnya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum ke arahnya
“Apa kabarmu?” tanyaku kepadanya
“Ya! 13 tahun kita tak bertemu, dan kau hanya bertanya itu kepadaku?” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Lalu maumu aku harus bagaimana? Apakah aku harus memberikanmu boneka minions lagi?” ucapku sambil tertawa pelan
“Ya! Sudah jangan bongkar aibku!” protes Eunwoo
“Arraseo.. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Seungjun?” tanyaku tiba-tiba. Eunwoo sempat diam sejenak mendengar pertanyaanku
“Dia... masih aneh seperti biasanya” ucapnya
“Hyejin-ah” panggil Eunwoo
“Hm?” balasku kepadanya
“Oke aku bukanlah orang yang romantis seperti di drama-drama. Jadi kusampaikan langsung to the point saja kalau aku... aku menyukaimu” ucapnya. Aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Eunwoo barusan. Aku terkejut mendengarkannya namun lama-kelamaan aku tak merasa apapun
“Eunwoo-ya” ucapku. Eunwoo hanya menatapku menunggu jawabanku
“Mianhae aku tak bisa menerimamu. Aku tak ingin merusak persahabatanmu dengan Seungjun” balasku kepadanya
“Maksudmu?” tanya Eunwoo bingung. Kemudian aku menjelaskan kepadanya

#Flashback
Setelah Eunwoo dan Seungjun keluar dari kamarku, aku mengikuti mereka kemudian bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka secara diam-diam
“Ada apa kau mengajakku kesini? Kau ingin mengajakku berkencan disini?” ucap Seungjun dengan penuh percaya diri
“Aku sedang tak ingin bercanda, Seungjun-ah” ucapku serius
“Baiklah baiklah.. ada apa?” tanyanya mulai serius
“Jawab dengan jujur, apa kau menyukai Hyejin?” tanyaku kepadanya
“Kenapa kau bertanya seperti ini kepadaku?” tanyanya heran
“Jawab saja pertanyaanku” ucapku dingin kepadanya. Ia tampak diam enggan menjawab pertanyaanku
“Apa kau lupa dengan janji kita 10 tahun yang lalu?” tanyaku kepadanya. Aku dan dia hanya terdiam, ingatanku kembali pada 10 tahun yang lalu
 “Aku ingat janji itu” ucap Seungjun
“Aku minta maaf karena aku tak bisa melakukan janji itu lagi. Aku sangat menyukainya” ucapku kepadanya. Ia membulatkan matanya
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau juga melanggar perjanjian kita” ucapku kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tolong biarkan aku memilikinya Seungjun-ah” lanjutku dengan nada memohon
“Aku juga menyukainya...... hanya sebagai teman” ucap Seungjun kepadaku
“Seungjun-ah” ucapku
“Akan kulakukan” balasnya
“Gomawo” ucapku kepadanya lalu menepuk bahunya pelan

#Flashback End

“Sebenarnya selama ini aku menyembunyikan dari kalian berdua. Awalnya aku heran dengan perubahan sikap Seungjun, aku sempat curiga kalau karena itu alasannya. Akhirnya aku segera mencari tahu dan ternyata memang dugaanku benar” ucapku kepadanya. Ia hanya terdiam, aku tahu dia pasti kecewa kemudian aku menepuk bahunya pelan, meskipun dia tinggi aku berusaha sebisa mungkin untuk mencapai bahunya
“Tenang saja. Aku sudah menganggapmu seperti Oppaku sendiri” ucapku menenangkannya kemudian aku berbisik kepadanya
“Bahkan kau melebihi dari Seo Kang Joon Oppa” bisikku kepadanya. Ia hanya tersenyum mendengar ucapanku
“Baiklah kalau begitu mulai sekarang kau harus memanggilku Oppa” ucapnya kepadaku
“Ya! Tapi kita ‘kan tak berpacaran” protesku kepadanya
“Memangnya kata ‘Oppa’ hanya digunakan untuk pacar saja? Bagaimana dengan Seo Kang Joon hyung?”  tanyanya
‘Iya juga ya? Kenapa aku bego begini sih?’ batinku
“Ah iya.. tapi kita kan teman seangkatan di sekolah kan? Rasanya aneh memanggilmu dengan sebutan Oppa” protesku kepadanya
“Ya! Kan kamu sendiri yang bilang kalau kau sudah menganggapku Oppa. Jadi sudah selayaknya kau memanggilku dengan sebutan Oppa” balasnya tak terima
“Bagaimana kalau aku memanggilmu Ahjussi saja?” tawarku kepadanya
“Aku belum menjadi ahjussi-ahjussi” balasnya
“Bagaimana kalau Abbeoji saja?” tawarku lagi
“Shireo! Kau boleh memanggilku Oppa atau Chagi” balasnya kemudian ia tertawa pelan
“Aku memanggilmu dengan sebutan ‘atau’ saja” balasku kemudian aku tertawa pelan. Tak lama kemudian, ponselku berdering menandakan pesan masuk. Aku pun segera membuka pesan tersebut

From: Seo Kang Joon Oppa
Neo eoddiya? Kamu tak lupa kan kalau hari ini ada pengarahan dari Kim Uisa bagi Uisa baru?

Aigoo! Hampir saja aku lupa. Aku pun mulai panik
“Eunwoo-ya, kita berbicara nanti lagi ya? Hari ini aku ada pengarahan” ucapku kepada Eunwoo
“Dari dulu kau memang tak pernah berubah. Sudah sana” ucap Eunwoo sambil terkekeh lalu ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku pun membalas lambaian darinya kemudian pergi meninggalkannya dan berlari menuju Rumah Sakit

****

Sesampainya aku di Rumah Sakit, aku segera menuju ke Aula untuk mengikuti pengarahan
“Joeseonghamnida saya terlambat” ucapku kepada Kim Uisa sambil membungkukkan badanku
“Gwaenchana. Anjayo” ucap Kim Uisa
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa lalu duduk
“Baiklah karena semua sudah berkumpul. Mari kita mulai acara ini” ucap Kim Uisa kepada dokter-dokter baru lalu ia memulai memberi pengarahan

[Skip Pengarahannya]

“Saya akan membagi kalian menjadi 4 kelompok. Tiap kelompok akan dibimbing oleh satu senior kalian” ucap Kim Uisa
“Kelompok 1: In Hee, Hyunwoo, Hyekyung, Jihun, Gong In. Pembimbing kalian Park Inseong Uisa
Kelompok 2: Hyesun, Taeil, Jaehyun, Sora, Daehyun. Pembimbing kalian Jung Hyerin Uisa
Kelompok 3: lhoon, Jinhee, Chaerin, Gong Shik, Byung Tae. Pembimbing kalian Saya
Kelompok 4: I.M, Kevin, Hyunjin, Moonbin, Sua. Pembimbing kalian Lee Hae In Uisa
Sekian pengarahan dari saya. Sisanya kalian belajar dengan pembimbing kalian” ucap Kim Uisa
‘Aku tak ada?’ batinku bingung. Lalu aku segera menemui Kim Uisa
“Kim Uisa, saya belum dapat pembimbing” ucapku kepadanya
“Jinjja? Ah mianhae saya lupa. Ya sudah, kamu ikut saya” ucap Kim Uisa. Aku mengangguk pelan kemudian mengikuti Kim Uisa dari belakang menuju ke ruangan dokter. Dari papan dekat pintunya tertulis Park Seungjun
‘Park Seungjun? Namanya terdengar familiar. Jangan-jangan.....’ batinku mulai was-was. Lalu Kim Uisa membuka pintu ruangan tersebut
“Seungjun-sshi” sapa Kim Uisa dan benar dugaanku ternyata Seungjun tiang aneh itu. Seungjun langsung berdiri dari tempat duduknya
“Oh Kim Uisa” Ucap Seungjun lalu ia membungkuk hormat
“Ada apa?” tanya Seungjun
“Begini. Saya ingin kamu membimbing salah satu dokter baru di Rumah Sakit ini” ucap Kim Uisa kepada Seungjun. Lalu Seungjun menatapku
“Ah.. baiklah” ucap Seungjun. Lalu Kim Uisa menepuk bahu Seungjun pelan
“Aku mengandalkanmu” ucap Kim Uisa sambil tersenyum. Seungjun hanya membalas senyuman
“Kalau begitu saya keluar dulu. Silahkan kalian berbincang-bincang” ucap Kim Uisa lalu berjalan keluar dari ruangan Seungjun
“Kamsahamnida” ucapku kepada Kim Uisa sambil membungkuk hormat ke arah Kim Uisa. lalu Kim Uisa menutup pintu ruangan Seungjun. Sekarang hanya aku dan Seungjun saja yang berada di dalam ruangan
“Duduklah. Apakah kamu tak capek berdiri terus disitu? Kamu ingin menjadi dokter atau satpam di ruanganku?” ucap Seungjun kepadaku
“Ah ne” ucapku kemudian duduk di kursi yang sudah tersedia
“Sunbae” panggilku. Mungkin terdengar agak aneh sih, tetapi dia sekarang seniorku. Jadi sudah selayaknya aku harus menghormatinya
“Ya! Kita ini setara, tak usah memanggilku dengan sebutan sunbae” protesnya. Aku hanya tertawa pelan
“Wae? Sekarang kau kan sudah menjadi seniorku. Jadi sudah layak dan sepantasnya aku memanggilmu sunbae” protesku kepadanya
“Terserah kau saja” balasnya dingin
“Apa kabar?” tanyaku kepadanya
“Kau bisa lihat sendiri kan aku baik-baik saja” balasnya datar. Kenapa dia masih bersikap dingin terhadapku
“Kapan kau bisa memulai membimbingku?” tanyaku kepadanya
“Kau sibuk hari ini?” tanyanya. Aku menggeleng pelan
“Anni. Wae?” tanyaku kepadanya
“Ikutlah makan siang denganku” ucapnya kemudian ia berdiri dari tempat duduknya. Aku pun hanya mengikuti ucapannya dan mengikutinya dari belakang menuju ke kantin di Rumah Sakit. Aku dan dia duduk berhadapan, tak ada pembicaraan di antara kita berdua
“Sampai kapan kau akan terus bersikap dingin kepadaku?” tanyaku kepadanya
“Aku tak bersikap dingin terhadapmu” balasnya sambil makan
“Sebenarnya aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Eunwoo. Dan aku sudah berbicara dengan Eunwoo” ucapku kepadanya. Ia tampak diam setelah mendengar ucapanku
“Itu urusanmu dengan Eunwoo. Aku tak akan ikut campur” balasnya dingin
“Aku tak berpacaran dengannya. Aku hanya menganggap dia sebagai Oppaku, tak lebih” ucapku tiba-tiba kepadanya. Seungjun hanya diam saja
“Tak akan ada gunanya aku berbicara denganmu” ucapku lalu aku pergi meninggalkannya sendiri

Seungjun POV
Aku menatap punggungnya yang semakin lama menjauhiku
“Mianhae Hyejin-ah..” gumamku pelan yang pasti tak terdengar olehnya
“Ah! Disini kau rupanya” ucap seseorang sambil terengah-engah. Aku menatap ke arah sumber suara itu, ternyata Eunwoo. Lalu ia duduk dan langsung meneguk gelas minumku
“Ya! Kenapa kau menghabiskan minumku?” protesku kepadanya
“Lumayan dapat minum gratis” ucapnya lega
“Heol” aku menghela nafasku kasar kemudian hanya menatap gelas minumku yang sudah tak ada isinya lagi sedangkan Eunwoo hanya terkekeh pelan melihat penderitaanku
“Ah, kudengar kau membimbing Hyejin ya?” tanyanya
“Ne” jawabku singkat
“Seungjun-ah” panggilnya, aku hanya menatap ke arahnya
“Jagalah dia” ucapnya kepadaku. Aku hanya mengangkat satu alisku
“Maksudmu?” tanyaku kepadanya
“Buat dia bahagia. Kau tahu maksudku bukan?” ucapnya
“Ah satu lagi.. kalau kau membuatnya menangis, kau akan berurusan denganku karena aku ini sekarang Oppa-nya” lanjutnya kemudian ia menepuk bahuku pelan kemudian ia pergi meninggalkanku
“Mwoya?” gumamku heran
‘Menjaganya? Membahagiakannya? Aku memang menyukainya dari dulu dan tak pernah akan pernah berubah. Tapi apakah dia juga menyukaiku?‘ batinku lalu aku segera berlari keliling rumah sakit mencari Hyejin tapi dia tak ada dimanapun. Beberapa saat kemudian, aku menemukan Hyejin di taman bersama Seo Kangjun hyeong kemudian aku pun menghampiri mereka berdua
“Disini kau rupanya.. Aku mencarimu kemana-mana” ucapku sambil terengah-engah
“Kau tak memintamu untuk mencariku, sunbae” balasnya dingin. Aigoo kenapa sekarang dia menjadi dingin
“Seungjun-ah, kudengar kau pembimbingnya ne?” tanya Seo Kangjun hyeong
“Ne” balasku kepadanya
“Ah kau harus tahu kalau dia ingin sekali kau menjadi pembimbingnya” ucap Seo Kangjun hyeong
“Ish! Oppa!” desis Hyejin sedangkan Seo Kangjun hyeong dan aku hanya terkekeh pelan
“Ya sudah kutinggalkan kalian berdua disini” ucap Seo Kangjun hyeong lalu ia berdiri dan berjalan melewatiku dan membisikkan sesuatu kepadaku
“Dia menyukaimu, Seungjun-ah” bisik Seo Kangjun hyeong di telingaku. Aku tak dapat menahan senyumku
“Ya Seo Kangjun! Aku dengar bisikkanmu!” teriak Hyejin kesal dan malu
“Heol.. Dasar dongsaeng kurang ajar. Oppa hanya membantumu” ucap Seo Kangjun hyeong sambil terkekeh kemudian ia berjalan menjauhi kita. Ia hanya menatap sekitarnya tanpa menghiraukanku
“Kau sibuk?” aku pun memulai pembicaraan
“Anni” balasnya singkat
“Good” ucapku lalu aku menarik pergelangan tangannya
“W-wae? Ya! Kau ingin membawaku kemana?” ucapnya sambil berusaha melepaskan tanganku yang masih memegang tangannya
“Sudah kau ikut saja” balasku tanpa menatapnya
“Andwae! Andwae! Shireo!” teriaknya lalu ia tersungkur di tanah untuk menghalangiku untuk berjalan. Kemudian aku menggendong tubuhnya yang berat. Bukan karena dia berat karena berat badannya, hanya saja dia tak mau diam begitu kugendong
“Ya! Aku ini pembimbingmu, aku akan mengajarimu banyak hal” protesku kepadanya
“Shireo!” ucapnya sambil memukulku terus-menerus
“Diamlah atau kamu harus mengerapp di jalan” ancamku kepadanya. Akhirnya ia diam
“Aku belum bisa ngerapp” balasnya. Aku hanya terkekeh pelan mendengar ucapannya
“Ingin mendengarkan rappku lagi?” tawarku kepadanya
“Kau masih suka ngerapp?” tanyanya
“Masih. Itu sudah menjadi keahlianku” ucapku bangga
“Kapan-kapan saja” balasnya dingin. Tak lama kemudian, kita sampai di taman hiburan dan aku menurunkan dia
“Ah.. kau berat sekali” ucapku sambil memegang bahuku. Sebenarnya aku tak merasa pegal sih, hanya untuk mencairkan suasana saja. Ia hanya melipat kedua tangannya di dada
“Siapa suruh kau menggendongku, Sunbae?” balasnya dingin
“Aigoo.. kau masih saja memanggilku Sunbae” ucapku sambil terkekeh kemudian aku mengacak rambutnya pelan
“Ya! Kenapa kamu mengajakku kesini? Katamu kau ingin mengajariku” protesnya
“Kalau kau ingin belajar, sebelumnya kau harus senang dulu dengan pembimbingmu” ucapku kepadanya. Ia hanya menatapku dengan tatapan bingung
“Ah.. ini memang tak mudah dimengerti oleh anak kecil sepertimu” lanjutku kemudian aku langsung menarik tangannya mengajak masuk. Ia hanya diam saja dan masih bingung. Lucu deh wajahnya kemudian aku mengajaknya menaiki wahana-wahana yang ada, lama-kelamaan ia pun mulai menikmati wahana yang ada
“Sunbae! Ini sangat menyenangkan!” teriaknya senang
“Ya! Berapa kali aku harus mengomong jangan memanggilku Sunbae! Tapi syukurlah kalau kamu senang” balasku kemudian tersenyum ke arahnya
“Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?” tanyanya
“Panggil aku Darling atau Honey atau Chagi atau bahkan.... Yeobo” balasku kepadanya
“Shireoyo! Aku panggil ‘Tiang’ saja ya seperti dulu?” balasnya
“Tiang tampan?” ucapku padanya
“Tiang aneh” balasnya kemudian ia tertawa
“Shireo!” balasku tak terima
“Pilih tiang aneh atau sunbae?” tanyanya kepadaku
“Atau saja deh” balasku pasrah
“Ya! Itu tak termasuk pilihan” balasnya. Aku menjitak kepalanya pelan
“Ya!” ucapnya kemudian ia memegang kepalanya yang kena jitakanku. Ia hendak membalas menjitak, tetapi aku lebih dulu menghindarinya. Ia terus berusaha menjitakku, tetapi nihil. Tangannya tak sampai di kepalaku
“Aish! Menyebalkan” gumamnya kesal. Aku hanya terkekeh pelan
“Mau membalas?” tanyaku
“Mau, tapi kamu lebih tinggi dariku. Aku masih tak sampai memegang kepalamu” balasnya. Aku pun menekuk kedua lututku memperpendek tinggiku
“Silahkan Jung Uisa” ucapku kepadanya. Ia sudah mendekatkan tangannya ke kepalaku, tetapi ia tak kunjung menjitak kepalaku
“Aku tak bisa melakukannya” ucapnya
“Wae? Tenang saja. Ini tak akan membuatmu dipecat dari pekerjaanmu” balasku
“Anni. Sekarang kau sudah menjadi sunbae-ku, jadi aku merasa tak enak” balasnya. Aku tertawa kecil kemudian mengacak rambutnya
“Kau memang tak pernah berubah. Jja~ ppaliwa kakiku mulai pegal berlutut terus. Tenang saja, aku tak akan marah” balasku kepadanya. Akhirnya ia pun menjitak kepalaku pelan
“Kita sudah impas ya?” tanyaku kepadanya. Ia mengangguk pelan
“Kau sudah lelah?” tanyanya. Ia mengangguk pelan
“Kajja, kita pulang” ucapku lalu aku menarik tangannya. Ia pun hanya menuruti perkataanku. Lalu kami berjalan ke stasiun bus. Untung penumpang bus tak banyak, jadi masih banyak kursi yang kosong
“Kita duduk disini saja” ucapku kepadanya lalu duduk kemudian ia pun duduk di sebelahku. Diam-diam aku memperhatikannya yang sedang menatap pemandangan melalui kaca jendela, aku hanya tersenyum melihatnya lalu aku kembali menatap ke depan. Tak lama kemudian, aku meliriknya lagi dan ia sudah tertidur dengan kepalanya yang bersandar di kaca jendela. Aku pun memindahkan kepalanya bersandar di bahuku, merapikan rambutnya agar tak menghalangi wajah cantiknya, mengelus kepalanya pelan dan tanpa sadar aku pun juga tertidur dengan kepalaku menyandar ke arahnya. Tak lama kemudian, supir bus mengerem bisnya dan membuatku dan Hyejin terbangun
“Kita dimana?” tanyanya
“Oh kurasa kita sudah sampai. Kajja kita turun” ucapku kepadanya. Ia pun mengangguk lalu kami turun dari bus
“Ah bahuku capek sekali” gumamku pelan
“Ommo! Mianhae aku tak sadar tadi aku tidur di bahumu. Perasaan tadi aku....” belum selesai ia berbicara, aku memotongnya
“Gwaenchana. Lagi pula aku yang menyandarkan kepalamu di bahuku, tadi kamu bersandar di kaca jendela” balasku sambil tersenyum
“Harusnya kau tak perlu melakukan itu, bodoh” gumamnya pelan, tetapi aku masih bisa mendengarkannya
“Mwo?” tanyaku pura-pura tak mendengarkannya. Ia langsung menggelengkan kepalanya
“Annio..” ucapnya
“Ahhhh aku masih mengantuk..” ucapnya sambil merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim oleh orang tuanya. Aku pun berjongkok
“Naiklah ke punggungku” ucapku kepadanya
“Shireo, kau sudah kelelahan” rengeknya
“Annio.. I am Strong”  ucapku penuh percaya diri
“Don’t try lie to me” balasku kepadanya
“Kau bilang apa?” tanyaku bingung
“Should I tell you?” balasnya dengan penuh kemenangan. Oke kuakui aku memang tak mengerti Bahasa Inggris
“Heol.. setelah ini aku akan belajar Bahasa Inggris” ucapku kepadanya
“Really? Are you sure?” ucapnya kepadaku dengan senyum kemenangan. Oke stop berbicara dengan Bahasa Inggris
“Apa bahasa Inggrisnya ‘Bisakah kau mengajariku?’” tanyaku kepadanya
“Can you teach me?” ucapnya kepadaku
“Can you...” ucapku dengan bahasa Inggris yang gagal. Ia pun tertawa pelan
“Arraseo... I will teach you” balasnya
“Naiklah ke punggungku” ucapku kepadanya. Jujur kakiku mulai pegal kelamaan berjongkok
“Gwaenchana aku masih bisa berjalan sampai di rumah” ucapku kepadanya. Sesekali aku mendengar dia bergumam ‘aku mengantuk’ , ‘aku mengantuk sekali...’ akhirnya aku merentangkan kedua tanganku di depannya  dan mengenai dahinya
“Ommo!” ucapnya terkejut  karena dahinya kena tanganku
“Kau yakin bisa berjalan sampai di rumah? Buktinya saja kau menabrak tanganku. Untung ini tangan bukan tiang listrik” ucapku kepadanya dengan penuh kemenangan
“Apa bedanya antara kamu dengan tiang listrik?” protesnya. Aku terkekeh pelan
“Bedanya tiang listrik hanya tinggi sedangkan aku tinggi dan tampan” balasku dengan penuh percaya diri. Ia hanya tertawa mendengar ucapanku. Aku berjongkok di depannya
“Naiklah. Kujamin kau sampai di rumah dengan selamat” ucapnya kepadaku. Akhirnya ia hanya menuruti perkataanku. Aigoo Hyejin-ah, kenapa ga dari tadi saja kamu menuruti ucapanku? Aku hanya terkekeh pelan kemudian berjalan menuju ke rumahnya
“Kau tahu rumahku dimana?” tanyanya
“Arra. Sudahlah kau tidur saja” balasku kepadanya. Ia tak berkata lagi, kemudian aku melirik ke arahnya ternyata dia sudah tidur. Aku tersenyum kemudian kembali fokus ke jalan

****

Tak lama kemudian, aku sampai di rumahnya. Aku pun mengambil kunci rumahnya dari saku celananya dan membukanya. Kemudian aku membawanya ke kamarnya dan menyelimuti tubuhnya. Aku merapikan rambutnya kemudian aku mendekatkan diriku ke telinga Hyejin
“Saranghae Hyejin-ah” bisikku di telinganya
“Nado saranghae, Seungjun-ah” balasnya. Aku terkejut mendengar ucapannya. Dia belum tidur? Atau dia hanya mengigau saja?
“Wae? Aku tidak mengigau” balasnya seolah ia bisa membaca pikiranku. Aku pun tersenyum ke arahnya lalu mencium pipinya
“Ya! Kenapa kau mencium pipiku?” protesnya lalu ia menutupi kedua pipinya yang memerah. Meskipun kamarnya gelap, tetapi wajahnya yang memerah masih kelihatan
“Kau ingin yang disini?” tanyaku sambil menunjuk bibirnya
“Jangan yang itu dulu. Lagi pula kau hanya boleh menciumku disini” ucapnya sambil menunjukkan keningnya
 “Ya! Kenapa aku hanya boleh disitu?” protesku tak terima
“Yang di pipi sebenarnya hanya I.M Oppa yang boleh menciumnya” balasnya sambil tertawa
“I.M nuguya? Kau hanya milikku!” protesku tak terima
“Kau tak kenal I.M Oppa? Dia juga bekerja di Rumah Sakit yang sama dengan kita” balasnya
“Beritahu kepadanya kalau hanya aku saja yang boleh menciummu” ucapku kepadanya
“Arraseo... aku hanya bercanda kok” ucapnya sambil tertawa. Di saat seperti ini, masih saja dia bisa bercanda
“Memang hanya kamu saja yang bisa bercanda? Sesekali aku juga bisa. Lagi pula I.M Oppa hanya kuanggap sebagai Oppaku saja”
“Ya! Kenapa Oppa-mu banyak sekali eoh?” protesku kepadanya
“Karena aku suka sekali punya banyak Oppa” jawabnya. Aku tersenyum ke arahnya kemudian memeluknya dan mengelus rambutnya, ia membalas pelukanku
“Saranghae Park Uisa” bisiknya kepadaku
“Saranghae Jung Uisa” balasku kepadanya sambil mengeratkan pelukanku


FIN

Sabtu, 20 Juni 2015

Last Hope

Genre : Romance, One Shot, Sad ennding
Cast   : V  and Jin (BTS) and Park Chae Rim

Haiii semua saya comeback lagi(?) *aegyo(?)* kali ini saya bawakan fanfiction BTS :3 *ASIKKK!!(?) XD* kali ini saya mau pakai V karena dia biasku ketiga di BTS XD wakaka [oke ini abaikan -_-)/] seperti biasa kalau ada typo yang absurb, saya mohon maaf sekecil-kecilnya(?) karena typo itu hal sangat biasa buat saya :3 Oke saya ga usah basa-basi lagi deh -_- Happy Reading ^^ dan Salam Absurb!! '-')9 XD

Taehyung Pov

Hari sudah semakin gelap, tapi dia tak kunjung datang juga di Namsan Tower. ‘Dimana Chae Rim? Kenapa sampai sekarang dia belum datang?’ batinku. ‘Chae Rim-ah ... neo eoddiya? Apakah kau lupa kalau hari ini kita berkencan? Aish ... awas saja kalau dia tak datang.’ batinku mulai tak sabar lagi. Sudah 30 menit aku menunggunya, telpon dariku tak dia angkat, sms dariku juga tak dia balas. Baru aku mencoba menelponnya lagi, dan Paboya! Baterai HPku sudah habis!! Hari sudah semakin gelap, cuacapun semakin dingin disini. Kueratkan jaket coklat mudaku yang aku kenakan, untung saja aku berinisiatif untuk memakai jaket, coba kalau tidak? Bisa-bisa aku mati kedinginan disini. Lalu kulihat sekeliling Namsan Tower, dan aku seperti melihat pasangan laki-laki dan perempuan seperti orang berpacaran. Tunggu dulu! Bukankah itu Chae Rim dengan Jin hyung? Sedang apa mereka berdua disini? Apakah mereka sedang berkencan? Jadi begini Chae Rim dibelakangku. Rasanya sakit sekali terlebih dia selingkuh dengan kakakku sendiri. Aku semakin tak tahan melihat mereka berdua mesra-mesraan, maka dari itu aku langsung pergi dari Namsan Tower. Sepanjang perjalanan, aku hanya emosi. Ya! Aku benci mereka berdua! AKU BENCI KALIAN SEOK JIN DAN PARK CHAE RIM!!!
~Skip~

@Taehyung House

“Omonaaa ... darimana saja kau Taehyung-ah?” tanya eomma
“Kami sangat mengkhawatirkanmu Taehyung-ah ...” jelas appa
“Mianhae appa, eomma ...” balasku singkat.
“Waeyo? Sepertinya kau sedang ada masalah ya?  Ceritakan kepada kita. Siapa tau kita bisa membantumu ...” tanya mereka berdua.
“Annio eomma, appa ... Sekarang aku ingin sendiri, tolong jangan ganggu aku.” Kataku lalu bergegas lari ke kamarku. Baru aku menaiki tangga, Jin Hyung baru datang.
“Annyeong semuanya.” Katanya sambil tersenyum.
“Annyeong Jin-ah.” Kata eomma dan appa. Aku tak menghiraukan kata-katanya dan melanjutkan naik tangga. Baru dua atau tiga anak tangga, kepalaku terasa sakit sekali dan aku terjatuh dari tangga. BRUKKK!!!
“Omona!! Taehyung-ah!!!” panik eomma langsung menghampiriku disusul appa dan Jin hyung.
“Ireona Taehyung-ah!!!” teriak appa sambil menggoyangkan tubuhku. Ya, hanya itu yang aku dengar sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri lagi.



Jin Pov

@Seoul Hospital

Aku merasa tak tenang melihat adikku satu-satunya berada di rumah sakit. Memang sebenarnya dia bukan adik kandungku, karena dari kecil aku hidup di Panti Asuhan sebelum eomma dan appanya mengambilku untuk menjadi anak angkatnya, tapi aku sudah menganggap dia seperti adik kandungku. Dulunya dia menerimaku dengan baik, tapi semenjak aku dekat dengan pacarnya Park Chae Rim, dia telah berubah kepadaku. Aku sudah berulang kali menjelaskannya kalau aku tidak memiliki perasaan khusus terhadapnya, tapi ya seperti ini ... dia tak percaya kepadaku. Aku mencoba menguatkan eomma dan appa yang daritadi menangis menunggu kabar dari dokter.
“Sudahlah ... eomma dan appa jangan bersedih terus, kita doakan saja semoga Taehyung baik-baik saja.” Kataku sambil menepuk bahu mereka.
“Ne Jin-ah ...” kata eomma dan appa sambil menangis. Belum lama kemudian, si dokter akhirnya keluar juga dari ruang pemeriksa. Kamipun langsung menghampirinya dan bertanya
“Bagaimana keadaannya dok? Apakah keadaan anak kami baik-baik saja?” kata appa cemas.
“Sebelumnya saya minta maaf, anak bapak dan ibu menderita kanker otak stadium tiga. Anda harus cepat mengambil tindakan sebelum kankernya menyebar diseluruh tubuhnya dan merusak semua organ ditubuhnya.” Jelas dokter itu.
“Mwo?! K ... kanker otak?” kata appa tak percaya.
“Omona ... cobaan apalagi yang Engkau berikan kepada kami Tuhan?” kata eomma sambil menangis histeris. Akupun tak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, aku ingin menangis tapi di satu sisi aku harus terlihat kuat dan tak gampang menangis. ‘Kenapa bukan aku saja yang kena penyakit itu?! Andai saja aku bisa bertukar dengannya, pasti itu sudah akan kulakukan ... aku tak ingin kehilangan keluarga lagi Tuhan.’ Batinku menahan air mata.
“Eomma dan appa harus kuat demi Taehyung ...” kataku coba menguatkan eomma dan appa.
“Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika dia tahu tentang penyakitnya?” kata appa.
“Kita jangan memberitau tentang penyakitnya appa, karena pasti dia akan sedih mendengarnya.” Kataku sambil menepuk bahunya.
“Hmmm arraseo ...” kata eomma lalu memeluk kami berdua sambil menangis.
“Uljima eomma ...” kataku sambil menepuk-tepuk punggungnya.
“Ne Jin-ah gomawo ...” kata eomma sambil tersenyum.
“Cheonma eomma ... kajja kita lihat keadaannya Taehyung.” Kataku sambil tersenyum kecil lalu masuk ke ruangannya Taehyung disusul eomma dan appa. Kulihat Taehyung sedang tertidur pulas dengan selang oksigen.
“Sebaiknya eomma dan appa mengurus obatnya Taehyung lalu pulang dan beristirahat. Biar Jin yang menjaga Taehyung.” Kataku kepada eomma dan appa.
“Arraseo Jin-ah. Jangan lupa kalau terjadi apa-apa dengannya, kabari appa dan eomma ne?” kata appa sebelum dia keluar.
“Arraseo appa.” Kataku.
“Jagalah adikmu Jin-ah.” Kata eomma.
“Itu pasti eomma.” Kataku sambil tersenyum kepada eomma.
“Ya sudah kalau begitu kami pergi dulu.” Kata appa
“Ne appa, eomma ...” kataku lalu appa keluar dari pintu disusul eomma dibelakangnya. Sekarang hanya ada aku dan Taehyung di ruangan ini, dan suster yang datang setiap 2 jam untuk mengecek keadaan Taehyung. Karena ruangan ini semakin sepi, aku mencoba mengajaknya mengobrol
“Hai Taehyung-ah ... entah sekarang kau mendengarkan aku atau tidak, tapi ada satu hal yang harus kau tau. Apapun yang terjadi, kau tetaplah adikku, adik kandungku. Andaikan saja Tuhan masih mendengarkan doaku, lebih baik aku saja yang menderita daripada harus kau yang menderita penyakit separah ini. Apapun yang terjadi, aku akan terus berusaha mengobatimu. Pokoknya kau harus sembuh Taehyung-ah. Disini ada aku, eomma, appa, dan Chae Rim yang menunggumu Taehyung-ah ...” kataku sambil menangis, tapi aku tetap melanjutkan berbicara dengannya.
“Oh dan satu lagi. Sewaktu tadi aku bertemu dengan Chae Rim di Namsan Tower, dia sudah menunggumu lebih dari 1 jam, kau kemana saja? Apa kau tak kasihan terhadapnya? Tadi dia juga sempat digoda dengan preman-preman sewaktu dia mau berangkat ke Namsan Tower, aku yang menyelamatkan dia, aku hanya memiliki niat hanya untuk menemaninya di Namsan Tower sampai kau datang, tapi kau tak datang-datang juga. Akhirnya aku menemaninya makan malam disana. Mianhae sebelumnya aku tak pernah berpikiran untuk merebutnya darimu, tapi aku juga tak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa aku juga jatuh cinta padanya.” Kataku sambil menangis dan tanpa respon darinya. Beberapa detik kemudian, tangan dia mulai bereaksi sedikit demi sedikit lalu ia mulai membuka matanya. Omona ... Apakah dia mendengarkan semuanya?


Taehyung Pov

Aku membuka mataku perlahan-lahan. Awalnya tampak buram semuanya, namun akhirnya semua terlihat jelas. Dan kulihat sekelilingku .... hanya ada Jin hyung? Kemana eomma dan appa? Tunggu! Aku juga berada dimana sekarang? Apakah aku sedang berada di Rumah Sakit? Dan ... Jangan-jangan mereka sudah tau tentang penyakitku?
“Hyung ....” panggilku sambil menatap Jin hyung.
“Ne, hyung ada disini Taehyung-ah ... Ada apa?” tanya Jin hyung.
“Aku berada dimana sekarang?” tanyaku pada Jin hyung.
“Kau sedang berada di Rumah Sakit Taehyung-ah ... tadi kau pingsan di rumah.” Jelas Jin hyung.
“Dimana eomma dan appa?” tanyaku.
“Mereka pulang duluan, besok mereka juga akan datang lagi untuk menjengukmu.” Kata Jin hyung sambil mengelus rambutku.
“Lalu ... bagaimana kata dokter?” tanyaku hati-hati. Jin hyung langsung berhenti mengelus rambutku dan ia juga tampak bingung harus berbicara apa. Dugaanku benar berarti, mereka sudah tau tentang penyakitku.
“Mianhae hyung ...” kataku tiba-tiba kepada Jin hyung.
“Mwo? Kenapa kamu harus meminta maaf?” tanya Jin hyung.
“Kau pasti sudah tau tentang penyakitku kan? Ya, aku kena penyakit kanker otak dari setahun yang lalu. Mianhae karena aku tak pernah bercerita kepada kalian, sebab aku tak ingin melihat kalian sedih karena aku.” Kataku sambil menangis
“ Omona ... Jinjayo?? Kenapa kau tak pernah cerita dari dulu??” kata Jin hyung tak percaya lalu dia ikutan menangis.
“ Jeongmal Mianhae hyung ...” kataku penuh menyesal. Aku berusaha bangun dari tempat tidurku dan memeluk Jin hyung, tapi seolah Jin hyung bisa membaca pikiranku, sebelum aku bangun ia sudah memelukku terlebih dulu.
“Sudahlah ... pokoknya kau harus sembuh dari penyakit ini Taehyung-ah.” Bisik Jin hyung tepat di telingaku.
“Aku usahakan hyung, tapi jika aku tidak sembuh tolong jaga eomma, appa, dan Chae Rim hyung. Hanya kau yang bisa kuharapkan hyung.” Bisikku tepat ditelinganya Jin hyung.
“Annio, pokoknya kau pasti akan sembuh Taehyung-ah ... Percayalah pada hyung.” Kata Jin hyung.
“Ne hyung ... Gomawo karena kau sudah menjadi hyungku yang baik selama ini. Mianhae aku selalu salah paham terhadapmu. Sewaktu kau berbicara denganku tadi, aku tak sengaja mendengarnya hyung.” Kataku sambil mengeratkan pelukannya.
“Sudah kuduga kau pasti mendengarnya Taehyung-ah ...” kata Jin hyung sambil menepuk punggungku pelan lalu melepaskan pelukanku.
“Sebaiknya kau istirahat dulu. Besok appa dan eomma akan datang menjengukmu.” Kata Jin hyung  
“Ne hyung, Jaljja hyungie ... Jangan lupa juga hyung harus istirahat, aku tak mau kalau kau sakit hyung?” kataku sebelum tidur.
“Kkk ne Arraseo Taehyung-ah ... Jaljayo saengie ...” kata Jin hyung sebelum tidur di sofa yang tak jauh dari tempat tidurku.
~Skip~



Kubuka lagi mataku dan di sekelilingku sudah ada eomma, appa, dan Jin hyung yang membawa bubur untukku.
"Selamat pagi Taehyung-ah ..." kata eomma, appa, dan Jin hyung dengan senyum ramah.
"Selamat pagi eomma, appa, hyung ...." balasku dengan senyum ramah.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah baikan?" tanya eomma.
"Sudah membaik eomma..." sahutku
"Kata dokter, besok pagi kau sudah boleh pulang.." kata Appa
"Jinjjayo?? Akhirnya... Aku benar-benar bosan disini." kataku
"Hahaha.. Coba tebak siapa yang aku bawa??" tawanya Jin hyung
'Nuguya??' batinku, tak lama kemudian munculah sosok(?) wanita yang selalu berada dalam pikiranku. Siapa lagi kalau bukan Park Chae Rim?
"Annyeong V-ah. Sudah baikkah keadaanmu sekarang?"sapanya sambil tersenyum.
"Annyeong Chae Rim-ah. Ne gwaenchana." balasku dengan senyumku yang paling manis
"Apakah kau sudah makan V-ah?" tanyanya lembut.
"Hmmm.. Belum, kau sendiri?" tanyaku
"Aku? Tentu saja aku sudah... makan dulu V-ah, nanti kau tambah sakit. Oh ya.. ngomong-ngomong, aku membawakan makanan kesukaanmu." katanya lalu memberikan kotak makannya kepadaku.
"Ah.. Gomawo Chae Rim-ah." kataku sambil aegyo *orang sakit masih bisanya aegyo(?) -_- Oke lupakan*
"Ne, cheonma.. Oh ya aku pergi dulu ne? Maaf aku tak bisa berlama-lama disini." katanya lalu ia membungkuk hormat ke eomma dan appa.
"Mmm baiklah hati-hati Chae Rim-ah." kata eomma dan appa bersamaan
"Ne ahjumma ahjussi, V-ah.. Jin oppa, aku pamit dulu ne?" katanya lalu membungkuk hormat
"Ne Chaerim-ah.. hati-hati ne?" ucapku dan Jin hyung bersamaan.
"Ne.." balasnya dengan senyum lalu ia keluar dari kamarku.
"Mmmm eomma dan appa tolong jaga V sebentar ne? Jin mau makan siang di luar." kata Jin hyung.
"Appa dan eomma harus bekerja hari ini. Lalu siapa yang akan menjaga adikmu?" tanya eomma.
"Ah.. kalau begitu biar..." belum Jin hyung selesai berbicara, "Tidak perlu" potongku
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jika ada apa-apa, aku pasti mengabari kalian semua. Kalau tidak, ada suster dan dokter siap menjagaku disini" kataku
"Benar tidak apa V-ah? Tak apa kalau aku menjagamu disini. Itu sudah kewajibanku sebagai kakakmu. Maksudku kakak angkatmu *ya ampun sumpah ngenes -_-*" kata Jin hyung memastikan
"Tidak apa hyung.." jawabku dengan yakin
"Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu V-ah. Jaga dirimu baik-baik ne? Kalau ada apa-apa, kabari ke kami" kata Jin hyung
"Ne hyung.." jawabku lalu Jin hyung, appa dan eomma keluar dari kamarku.

Jin Pov

Aku berjalan keluar Rumah Sakit. Secara tak sengaja, aku menemukan sosok gadis yang tak asing bagiku.. 'Chae Rim?' batinku. Lalu aku menghampiri gadis itu
"Hei." kataku sambil menepuk bahunya
"Eh? Oppa.. Sedang apa disini?" tanyanya
"Aku sedang ingin makan siang, kau sendiri?" tanyaku
"Mmm aku sedang menunggu temanku." jawabnya
"Apakah temanmu masih lama datangnya? Sepertinya kau sudah cukup lama menunggunya disini. Apa kau sudah makan siang?" tanyaku
"Mollayo... Ah aku sudah makan oppa." Jawabku berbohong. Belum selesai ia berbicara, tiba-tiba
"Kruuuuk" suara perutnya.
"Aish.... kenapa harus berbunyi sih??" gumamnya
"Kkkk... sudahlah ayo kita makan siang bersama, biar aku yang membayar." kataku sambil tersenyum kecil.
"Hmm ne.." jawabnya sambil malu-malu.



~Skip~
@ Kantin Rumah Sakit

"Kau mau pesan apa?" Tanyaku kepada Chae Rim
“Hmm.. terserah kau saja, aku ikut denganmu.” Kata Chae Rim.
“Baiklah. Kau tunggu sebentar ne?” ucapku kepadanya lalu pergi memesan makanan.

Tak lama kemudian, aku kembali ke dengan membawa 2 nasi goreng dan 2 gelas air putih. Lalu aku berikan nasi goreng dan segelas air putih untuknya

“Gomawo Oppa” ucap Chae Rim sambil tersenyum lalu ia mulai memakannya.
“Cheonma, Chae Rim-ah” ucapku lalu mulai memakan makananku.

~Skip~

Setelah aku dan Chae Rim selesai makan, kita kembali ke kamar Taehyung untuk menjaganya. Ketika kami sampai di kamarnya
‘KREEKKKK’ bunyi pintu kamar Taehyung, tetapi apa yang kami dapat di kamarnya? Kamarnya kosong!
“Taehyung-ah ....” panggilku
“Taehyung Oppa .... kau dimana?” Ucap Chae Rim panik. Lalu tiba-tiba, seorang perawat masuk ke ruangan Taehyung
“Suster, dimana pasien kamar ini??” Tanyaku kepada perawat
“Lho? Pasien kamar ini tidak ada??” Ucap perawat tersebut dengan kaget
“Lho?? Anda tidak melihat pasien kamar ini?” Tanya Chae Rim kepada perawat itu
“Tidak nona ... Tadi saya ......” belum selesai perawat itu berbicara, 2 perawat lainnya datang menemui perawat tersebut dengan tergesa-gesa
“Ada pasien yang pingsan di depan rumah sakit! Ayo cepat bantu aku membawanya!” Ucap salah satu perawat tersebut
“Keadaan pasien sangat kritis” ucap perawat yang lain
“Benarkah? Kalau begitu, ayo cepat!” ucap perawat itu sebelum bergegas keluar dari kamar Taehyung. Karena aku penasaran dengan pasien yang dimaksud perawat-perawat itu. Aku mengikuti suster-suster itu dari belakang. Ketika aku sampai di depan Rumah Sakit, aku melihat siapa korbannya. Dan setelah aku melihatnya, aku tak dapat percaya. Ternyata korban yang dimaksud adalah Taehyung.
“Taehyung-ah!!! Taehyung-ah!!! Ireona!!!” teriakku, tetapi percuma saja. Taehyung tetap tidak sadarkan diri. Akhirnya petugas medis membawanya masuk ke ICU
~Skip~

Aku dan Chae Rim menunggu kondisi Taehyung di ICU. Aku mengambil ponselku lalu menelpon eomma

“Yeobboseyo” ucap eomma
“Eomma .....” ucapku sambil terisak
“Ada apa Jin-ah? Bagaimana keadaan adikmu?” tanya eomma
“Mollayo eomma ... Jin juga melihatnya sudah tak sadarkan diri di depan Rumah Sakit” ucapku sambil terisak. Tak lama kemudian, dokter pun keluar dari ICU
“Bagaimana keadaannya, Uisa?” tanya eomma cemas
“Apakah ia baik-baik saja?” tanya appa tak kalah cemas
“Tolong adik saya ...” ucapku lirih
“Maaf ... saya sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi. Penyakitnya sudah tingkat stadium akhir. Kita hanya bisa berdoa berharap mujizat” ucap dokter dengan penuh penyesalan kemudian berlalu dari mereka. Eomma mulai tak sanggup berdiri lagi, aku dan appa dengan sigap langsung menopang tubuh eomma yang melemas. Appa dan Chae Rim berusaha menenangkan eomma meskipun mereka juga mengeluarkan air mata mereka. Aku melirik Taehyung di balik pintu lalu mengeluarkan air mata

‘Apakah hari ini akan menjadi hari terakhirmu?’ batinku dengan lirih. Kalau aku bisa menggantikannya, biar aku saja yang menderita seperti ini. Jangan dia. Lalu aku memutuskan untuk mengajak eomma, appa, dan Chae Rim untuk masuk ke dalam ICU.Banyak peralatan yang diletakkan di tubuh Taehyung. Aku pun menggenggam tangannya

“Kumohon ... sadarlah Tae ....” ucapku sambil menggenggam tangan Taehyung erat-erat. Lalu tak lama kemudian, ia seperti mendengar ucapanku lalu perlahan membuka matanya.

Taehyung POV

Aku mulai membuka mataku perlahan-lahan. Lalu kulihat ada eomma, appa, Jin hyung, dan Chae Rim

‘Apa yang terjadi padaku?’ batinku bingung karena melihat mereka semua menangis
“Kau sudah sadar?” tanya appa. Aku ingin menjawab pertanyaannya, tetapi untuk membuka mulutku saja, aku tak bisa.
‘Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku?’ batinku. Aku hanya meneteskan air mataku. Lalu eomma menggenggam tanganku erat dan menguatkanku
“Masih ada harapan untuk sembuh ...” ucap eomma. Lalu eomma mulai mendekatiku, lalu aku mengeluarkan seluruh tenagaku untuk membisikkan sesuatu di telinganya eomma
“Baiklah kalau itu maumu” ucap eomma lalu ia keluar dari ruang ICU

~Skip~

At Namsan Tower;20.00 KST

Chae Rim menanti kedatangan seseorang

5 menit .......

10 menit ......

15 menit .......

30 menit .......

Pria yang dinantikan tak kunjung datang. Tak lama kemudian, seorang pria menggunakan jas putih datang menghampiri Chae Rim dengan kursi roda yang didampingi eommanya dengan membawa setangkai bunga mawar

“Akhirnya kau datang juga ...” ucap Chae Rim sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum kecil. Ya aku memang tidak bisa datang tepat waktu. Lalu eomma meninggalkanku bersama Chae Rim lalu digantikan Jin hyung. Kami bertiga memandang disekitar Namsan Tower pada malam hari. Sungguh indah! Aku tak ingin melupakan kenangan ini. Kemudian, dengan sekuat tenaga aku meraih tangan Jin hyung lalu memberikan bunga mawar kepadanya. Kemudian aku berusaha meraih tangan Chae Rim. Lalu aku menyatukan tangan Jin hyung dan Chae Rim lalu dengan sekuat tenaga aku berkata kepada mereka

“S-sam .... pai ... A-a-ku .... ti - ..... dur ..... j-ja-ng ...... an ..... l-le ....... pas .......” ucapku terbata-bata. Mereka hanya saling berpandangan tak mengerti maksudku. Aku pun mulai memelas lalu tersenyum kecil ke arah mereka lalu mulai memejamkan mataku

Jin POV

Aku hanya menatap Taehyung bingung
‘Apa maksudnya?’ batinku. Kemudian aku seketika panik melihat Taehyung tak sadarkan diri
“Taehyung-ah!!!!! Ireona!!!!!!” Teriakku, tetapi kali ini dia tak akan mendengarkanku. Aku mengecek denyut jantungnya, tak ada denyut jantung. Mengecek nafasnya juga, tak ada. Apakah sekarang saatnya? Aku pun belum mengucapkan selamat tinggal untuknya. Chae Rim menepuk bahuku pelan

“Ikhlaskan dia pergi oppa .... Setidaknya sekarang dia sudah tidak merasa sakit lagi” ucap Chae Rim lalu mengeratkan tanganku
“Dia bilang, kita tak akan melepaskan tangan kita saat dia memejamkan matanya” ucap Chae Rim. Aku pun langsung memeluk Chae Rim
“Dia ... menitipkan surat ini untuk kalian” ucap eomma lalu memberikan surat itu kepadaku. Lalu aku membuka surat itu lalu membacanya bersama Chae Rim

To        : Jin hyung dan Chae Rim
From    : Taehyung

Hei kalian! Kalau kalian membaca surat ini, artinya aku sudah tidak bersama kalian lagi. Sejujurnya aku hanya ingin mengucapkan Terima kasih untuk kalian. Banyak kenangan yang sudah kita lakukan bersama-sama. Jin hyung ... maafkan aku kalau aku selalu salah paham kepadamu, maaf aku selalu membencimu. Tetapi kau selalu baik kepadaku, perhatian padaku. Hyung .... bolehkah aku meminta 1 hal kepadamu? Tolong jaga Chae Rim untukku, buat dia bahagia. Dan untuk Chae Rim, terima kasih kau sudah setia padaku. Maafkan aku kalau aku selalu tak pernah datang tepat waktu. Setelah kalian membaca surat ini, kalian harus hidup bahagia. Jangan tangisi kepergianku oke? Aku tak mau melihat kalian menangis, nanti aku bisa tidak tenang disana

                                                                                                            Taehyung

Setelah membaca surat itu, aku pun semakin menangis, mengepalkan surat itu

“Jika itu maumu, baiklah. Semoga kau bisa hidup dengan bahagia disana” ucapku



END

Oppa!

Title: Oppa!  Cast: Bong Jaehyun of Golden Child  Genre: Sad, Hurt, Crack Lenght: Drabble Rating: General Aku selalu ingin...